BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidung merupakan tempat lalunya udara pernafasan masuk dan
keluar. Secara fisiologis hidung memiliki fungsi sebagai organ yang
mempersiapkan udara inspirasi agar dapat sesuai nantinya dengan
permukaan paru-paru. Hidung juga merupakan alat pelindung tubuh terhadap
zat-zat berbahaya yang masuk bersamaan dengan udara pernafasan.
Dengan adanya vibrisae, silia dan palut lendir, setiap udara masuk akan
dibersihkan baik itu dari debu, bakteri dan virus. Sili a epitel respiratorius,
kelenjar penghasil mukos dan palut le ndir membentuk sistem pertahanan
penting dalam sistem pernafasan yang dikenal sebagai sistem mukosiliar
( Ballenger, 1996; McCaffrey, 2000; Huang,2006).
Sistem mukosiliar merupakam sistem pertahanan lini pertama pada
jalan nafas yang sangat penting. Sistem ini merupakan sawar pertama dari
pertahanan tubuh antara epi tel dengan virus / bakteri dengan benda asing
lainnya. Sistem mukosiliar akan menj aga agar saluran nafas atas selalu
bersih dan sehat dengan membawa partike l debu, bakteri,virus, alergen dan
toksin dan lain-lain yang tertangkap pada lapisan mukos kearah nasofaring
(Ballenger, 1996).
Saluran napas kecuali faring ditut upi oleh epitel bersilia. Diantara
silia terdapat cairan yang disebut pal ut lendir. Palut lendir ini berupa
lembaran tipis yang terdiri atas dua la pisan yaitu lapisan superfisialis dan
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008
lapisan perisiliar yang berbeda tingk at kepekatannya. Gerakan silia
dibawahnya menggerakkan lapisan lendi r ini, bersama dengan materi-materi
asing yang terperangkap olehnya, se cara berkesinambungan kearah faring
dan esofagus, untuk kemudian dite lan ataupun dibatukkan. Proses
pengangkutan benda asing kearah nasofaring ini dikenal istilah transportasi
mukosiliar (TMS). Kegagalan pengeluaran benda asing menyebabkan
penumpukkan partikel, termasuk bakteri dan virus, sehingga memudahkan
penetrasi ke mukosa (Ballenger, 1996; McCaffrey,2000 ; Huang,2006).
TMS atau sistem pembersihan sesungguhnya terdiri atas dua
sistem yang bekerja secara simultan. TMS tergantung pada gerakan aktif silia
yang mendorong gumpalan mukos. Berkurangnya daya pembersih mukosiliar
disebabkan oleh perubahan komposisi palut lendir, aktivitas silia yang
abnormal, peningkatan sel-sel infeksi , perubahan histopatologi sel hidung,
hambatan sekresi atau obstruksi anat omi (Waguespack ,1995; Ballenger,
1996; Huang,2006).
Terganggunya sistem TMS dapat terjadi pada rinosinusitis akut dan
kronis. Mekanisme etiologi pada rinosi nusitis akut terutama gangguan sistem
mukosiliar yang disebabkan oleh kuman-kuman pat ogen dan imunitas
pasien, sedangkan variasi anatomi juga memegang peranan penting
(McCaffrey,2000; Bassiouny,2005; Busquets, 2006).
Rinosinusitis kronis didefinisik an sebagai suatu inflamasi dari
mukosa hidung dan sinus paranasal deng an durasi 12 minggu. Gejala yang
timbul berupa hidung tersumbat, keluar cairan dari hidung, nyeri wajah dan
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008
hidung berbau sering menj adi keluhan pada pasien. Rinosinusitis kronis
merupakan penyakit dengan penyebabab yang multifaktorial. Ganngguan lain
yang sering ditemukan ialah disfungsi mukosiliar, pembengkakan mukosa
serta gangguan pembersihan mukosiliar. Os teomeatal komplek merupakan
hal yang fundamental te rhadap patogenesis dari rinosinusitis kronik.
Gangguan osteomeatal komplek menyebabkan terjadinya gangguan ventilasi
dan pembersihan mukosa (Busquets, 2006 ; Wilma,2007).
Pada rinosinusitis kronis terapi bedah merupakan hal yang
dianjurkan. Bedah sinus endoskopi fungsional merupakan hal yang paling
sering digunakan sejak tahun 1980 dalam menangani rinosinusitis kronik.
Secara rasional, bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF) merupakan hal
yang paling dasar yang dapat diperca yai dalam menyembuhkan mukosa
sinus yang mengalami kerusakan hing ga pembukaan ostium alamiah dan
perbaikan ventilasi dan bersihan mukosiliar( Conte,1996; Wilma,2007).
BSEF memiliki kegunaan yang luas pada terapi rinosinusitis
kronis. Tujuan utama dari bedah sinus endoskopi fungsional adalah
mengangkat sumbatan osteomeatal ko mplek hingga akan didapati drainase
dan ventilasi kembali ke jalan alami ah, yang akhirnya bersamaan dengan hal
tersebut terjadinya regenerasi siliar dan meningkatkan jumlah silia pada
sinus. (Conte ,1996; Moriyama,1996; Bassiouny,2005).
Untuk menguji TMS dapat digunakan partikel Sakarin atau label
radioaktif. Metode yang ru tin dilakukan selama ini adalah meggunakan
sakarin test. Partikel kecil dari sakarin ditempatkan pada mukosa hidung dan
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008
waktu dicatat sampai pasien merasakan manis pertama kalinya (Conte,1996;
Moriyama H,1996; McCaffrey,2000).
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ada perbedaan waktu transportasi mukosiliar pada
penderita rinosinusitis sebelum dan sesudah dilakukan bedah sinus
endoskopi fungsional
1.3 Hipotesis
Terdapat perbedaan waktu transpor tasi mukosiliar pada penderita
rinosinusitis kronis sebelum dan setelah dilakukakan bedah sinus endoskopi
fungsional
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh bedah sinus endoskopi fungsional
terhadap waktu transportasi mu kosiliar hidung pada penderita
rinosinusitis kronis.
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008
1.4.2. Tujuan khusus
1.4.2.1. Untuk mengetahui rata-rata waktu transportasi mukosiliar
penderita rinosinusitis kronis sebelum dilakukan bedah sinus
endoskopi fungsional
1.4.2.2. Untuk mengetahui rata -rata waktu transportasi muko siliar pada
penderita rinosinusitis kronis sesudah dilakukan bedah sinus
endoskopi fungsional
1.4.2.3. Untuk mengetahui perbedaan waktu transportasi mukosiliar penderita
rinosinusitis kronis sebelum da n sesudah dilakukan bedah sinus
endoskopi fungsional
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Dapat mengetahui perbedaan waktu transportasi mukosiliar pada
penderita rinosinusitis kronis sebe lum dan sesudah dilakukan bedah
sinus endoskopi fungsional
1.5.2 Dapat digunakan sebagai standar penilaian terhadap keberhasilan
tindakan bedah sinus endoskopi fungsional pada penderita
rinosinusitis kronis
1.5.3 Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang THT-KL
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidung merupakan tempat lalunya udara pernafasan masuk dan
keluar. Secara fisiologis hidung memiliki fungsi sebagai organ yang
mempersiapkan udara inspirasi agar dapat sesuai nantinya dengan
permukaan paru-paru. Hidung juga merupakan alat pelindung tubuh terhadap
zat-zat berbahaya yang masuk bersamaan dengan udara pernafasan.
Dengan adanya vibrisae, silia dan palut lendir, setiap udara masuk akan
dibersihkan baik itu dari debu, bakteri dan virus. Sili a epitel respiratorius,
kelenjar penghasil mukos dan palut le ndir membentuk sistem pertahanan
penting dalam sistem pernafasan yang dikenal sebagai sistem mukosiliar
( Ballenger, 1996; McCaffrey, 2000; Huang,2006).
Sistem mukosiliar merupakam sistem pertahanan lini pertama pada
jalan nafas yang sangat penting. Sistem ini merupakan sawar pertama dari
pertahanan tubuh antara epi tel dengan virus / bakteri dengan benda asing
lainnya. Sistem mukosiliar akan menj aga agar saluran nafas atas selalu
bersih dan sehat dengan membawa partike l debu, bakteri,virus, alergen dan
toksin dan lain-lain yang tertangkap pada lapisan mukos kearah nasofaring
(Ballenger, 1996).
Saluran napas kecuali faring ditut upi oleh epitel bersilia. Diantara
silia terdapat cairan yang disebut pal ut lendir. Palut lendir ini berupa
lembaran tipis yang terdiri atas dua la pisan yaitu lapisan superfisialis dan
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008
lapisan perisiliar yang berbeda tingk at kepekatannya. Gerakan silia
dibawahnya menggerakkan lapisan lendi r ini, bersama dengan materi-materi
asing yang terperangkap olehnya, se cara berkesinambungan kearah faring
dan esofagus, untuk kemudian dite lan ataupun dibatukkan. Proses
pengangkutan benda asing kearah nasofaring ini dikenal istilah transportasi
mukosiliar (TMS). Kegagalan pengeluaran benda asing menyebabkan
penumpukkan partikel, termasuk bakteri dan virus, sehingga memudahkan
penetrasi ke mukosa (Ballenger, 1996; McCaffrey,2000 ; Huang,2006).
TMS atau sistem pembersihan sesungguhnya terdiri atas dua
sistem yang bekerja secara simultan. TMS tergantung pada gerakan aktif silia
yang mendorong gumpalan mukos. Berkurangnya daya pembersih mukosiliar
disebabkan oleh perubahan komposisi palut lendir, aktivitas silia yang
abnormal, peningkatan sel-sel infeksi , perubahan histopatologi sel hidung,
hambatan sekresi atau obstruksi anat omi (Waguespack ,1995; Ballenger,
1996; Huang,2006).
Terganggunya sistem TMS dapat terjadi pada rinosinusitis akut dan
kronis. Mekanisme etiologi pada rinosi nusitis akut terutama gangguan sistem
mukosiliar yang disebabkan oleh kuman-kuman pat ogen dan imunitas
pasien, sedangkan variasi anatomi juga memegang peranan penting
(McCaffrey,2000; Bassiouny,2005; Busquets, 2006).
Rinosinusitis kronis didefinisik an sebagai suatu inflamasi dari
mukosa hidung dan sinus paranasal deng an durasi 12 minggu. Gejala yang
timbul berupa hidung tersumbat, keluar cairan dari hidung, nyeri wajah dan
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008
hidung berbau sering menj adi keluhan pada pasien. Rinosinusitis kronis
merupakan penyakit dengan penyebabab yang multifaktorial. Ganngguan lain
yang sering ditemukan ialah disfungsi mukosiliar, pembengkakan mukosa
serta gangguan pembersihan mukosiliar. Os teomeatal komplek merupakan
hal yang fundamental te rhadap patogenesis dari rinosinusitis kronik.
Gangguan osteomeatal komplek menyebabkan terjadinya gangguan ventilasi
dan pembersihan mukosa (Busquets, 2006 ; Wilma,2007).
Pada rinosinusitis kronis terapi bedah merupakan hal yang
dianjurkan. Bedah sinus endoskopi fungsional merupakan hal yang paling
sering digunakan sejak tahun 1980 dalam menangani rinosinusitis kronik.
Secara rasional, bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF) merupakan hal
yang paling dasar yang dapat diperca yai dalam menyembuhkan mukosa
sinus yang mengalami kerusakan hing ga pembukaan ostium alamiah dan
perbaikan ventilasi dan bersihan mukosiliar( Conte,1996; Wilma,2007).
BSEF memiliki kegunaan yang luas pada terapi rinosinusitis
kronis. Tujuan utama dari bedah sinus endoskopi fungsional adalah
mengangkat sumbatan osteomeatal ko mplek hingga akan didapati drainase
dan ventilasi kembali ke jalan alami ah, yang akhirnya bersamaan dengan hal
tersebut terjadinya regenerasi siliar dan meningkatkan jumlah silia pada
sinus. (Conte ,1996; Moriyama,1996; Bassiouny,2005).
Untuk menguji TMS dapat digunakan partikel Sakarin atau label
radioaktif. Metode yang ru tin dilakukan selama ini adalah meggunakan
sakarin test. Partikel kecil dari sakarin ditempatkan pada mukosa hidung dan
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008
waktu dicatat sampai pasien merasakan manis pertama kalinya (Conte,1996;
Moriyama H,1996; McCaffrey,2000).
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ada perbedaan waktu transportasi mukosiliar pada
penderita rinosinusitis sebelum dan sesudah dilakukan bedah sinus
endoskopi fungsional
1.3 Hipotesis
Terdapat perbedaan waktu transpor tasi mukosiliar pada penderita
rinosinusitis kronis sebelum dan setelah dilakukakan bedah sinus endoskopi
fungsional
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh bedah sinus endoskopi fungsional
terhadap waktu transportasi mu kosiliar hidung pada penderita
rinosinusitis kronis.
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008
1.4.2. Tujuan khusus
1.4.2.1. Untuk mengetahui rata-rata waktu transportasi mukosiliar
penderita rinosinusitis kronis sebelum dilakukan bedah sinus
endoskopi fungsional
1.4.2.2. Untuk mengetahui rata -rata waktu transportasi muko siliar pada
penderita rinosinusitis kronis sesudah dilakukan bedah sinus
endoskopi fungsional
1.4.2.3. Untuk mengetahui perbedaan waktu transportasi mukosiliar penderita
rinosinusitis kronis sebelum da n sesudah dilakukan bedah sinus
endoskopi fungsional
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Dapat mengetahui perbedaan waktu transportasi mukosiliar pada
penderita rinosinusitis kronis sebe lum dan sesudah dilakukan bedah
sinus endoskopi fungsional
1.5.2 Dapat digunakan sebagai standar penilaian terhadap keberhasilan
tindakan bedah sinus endoskopi fungsional pada penderita
rinosinusitis kronis
1.5.3 Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang THT-KL
Syahrizal : Perbandingan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Pada Penderita Rinosinus itis Kronis Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional, 2009
USU Repository © 2008