ABSTRAK
Latar belakang. Anemia defisiensi besi (ADB ) merupakan bentuk anemia
yang paling sering ditemukan di dunia , terutama di negara yang sedang
berkembang. Terdapat se jumlah penelitian tentang h ubungan antara status
besi dengan perilaku, tetapi hal ini masih kontroversial.
Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi besi terhadap perilaku
anak sekolah dasar yang menderita ADB.
Metode. Uji klinis acak tersamar tunggal dilaksanakan di Kecamatan Bilah
Hulu, pada bulan November 2006 – April 2007. ADB ditegakkan bila dijumpai
kadar Hb<12 g/dl, MCHC<31%, Indeks RDW>220 dan Indeks Mentzer
(RBC/MCV)>13. Murid sekolah dasar (6 – 12 tahun) dengan ADB
diikutsertakan dalam penelitian dan secara acak dibagi atas kelompok
intervensi yang mendapatkan terapi bes i 4-6 mg/kg/hari atau kelompok
plasebo. Terapi diberikan selama 3 bu lan. Orang tua diminta untuk mengisi
kuesioner Child Behavior Check List (CBCL) sebelum dan 6 bulan setelah
intervensi.
Hasil. Setelah 6 bulan, 110 anak mengikuti penelitian sampai akhir. Sebelum
intervensi didapati 14 anak dengan skor T to tal>60. Seluruhnya memiliki skor
T>60 untuk social problems dan 12 di antaranya me miliki skor T>60 untuk
attention problems. Setelah intervensi, enam di antara anak tersebut memiliki
skor T total<60. Empat di antaranya mendapatkan terapi besi. Tidak dijumpai perbedaan skor CBCL yang bermakna ant ara kelompok besi dengan plasebo. Dijumpai penurunan skor T eksternalisasi, skor T total dan attention problem yang bermakna secara statistik pada kelompok besi setelah intervensi dibandingkan sebelum intervensi dan tidak dijumpai perubahan bermakna pada kelompok plasebo. Kesimpulan. Pada kelompok terapi besi didapati penurunan skor T CBCL yang bermakna setelah intervensi dibandingkan sebelumnya dalam masalah eksternalisasi,skor total dan attention problem. Kata Kunci. perilaku, anemia defisiensi besi, Child Behavior Check List
Latar belakang. Anemia defisiensi besi (ADB ) merupakan bentuk anemia
yang paling sering ditemukan di dunia , terutama di negara yang sedang
berkembang. Terdapat se jumlah penelitian tentang h ubungan antara status
besi dengan perilaku, tetapi hal ini masih kontroversial.
Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi besi terhadap perilaku
anak sekolah dasar yang menderita ADB.
Metode. Uji klinis acak tersamar tunggal dilaksanakan di Kecamatan Bilah
Hulu, pada bulan November 2006 – April 2007. ADB ditegakkan bila dijumpai
kadar Hb<12 g/dl, MCHC<31%, Indeks RDW>220 dan Indeks Mentzer
(RBC/MCV)>13. Murid sekolah dasar (6 – 12 tahun) dengan ADB
diikutsertakan dalam penelitian dan secara acak dibagi atas kelompok
intervensi yang mendapatkan terapi bes i 4-6 mg/kg/hari atau kelompok
plasebo. Terapi diberikan selama 3 bu lan. Orang tua diminta untuk mengisi
kuesioner Child Behavior Check List (CBCL) sebelum dan 6 bulan setelah
intervensi.
Hasil. Setelah 6 bulan, 110 anak mengikuti penelitian sampai akhir. Sebelum
intervensi didapati 14 anak dengan skor T to tal>60. Seluruhnya memiliki skor
T>60 untuk social problems dan 12 di antaranya me miliki skor T>60 untuk
attention problems. Setelah intervensi, enam di antara anak tersebut memiliki
skor T total<60. Empat di antaranya mendapatkan terapi besi. Tidak dijumpai perbedaan skor CBCL yang bermakna ant ara kelompok besi dengan plasebo. Dijumpai penurunan skor T eksternalisasi, skor T total dan attention problem yang bermakna secara statistik pada kelompok besi setelah intervensi dibandingkan sebelum intervensi dan tidak dijumpai perubahan bermakna pada kelompok plasebo. Kesimpulan. Pada kelompok terapi besi didapati penurunan skor T CBCL yang bermakna setelah intervensi dibandingkan sebelumnya dalam masalah eksternalisasi,skor total dan attention problem. Kata Kunci. perilaku, anemia defisiensi besi, Child Behavior Check List