ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengetahui ukuran panggul sebenarnya dengan menggunakan pemeriksaan
pelvimetri radiologis pada pasien bekas seksio sesarea atas indikasi panggul sempit dan unt uk
melihat hubungan tinggi badan dengan ukuran panggul secara radiologis.
Rancangan Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik yang
menjelaskan ukuran panggul sebenarnya secara radiologis pada pasien bekas seksio sesarea
atas indikasi panggul sempit selama 2 tahun terakhir yaitu sejak 1 Juni 2007 – 1 Juni 2009 di
RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan serta menganalisa hubungan
antara tinggi badan ibu dengan ukuran - ukuran pelvimetri radiologisnya. Analisa data dengan
menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 15 dan uji statistik Chi Square
dengan tingkat kemaknaan bila nilai p<0,05. Hasil Penelitian: Dari hasil pengumpulan data, didapatkan distribusi kelompok umur terbanyak adalah usia 21-30 tahun (64.5%). Kebanyakan kasus penelitian adalah paritas ke-2 atau pasien bekas seksio sesarea sebelumnya yang di seksio sesarea kembali atas indikasi panggul sempit (58%). Tinggi badan ibu sebagian besar <150 cm (64.5 %). Kebanyakan kepala janin masih float ing (90.3%) dengan pembukaan serviks kurang dari 2 cm. Kebanyakan berat badan lahir janin antara 2500 – 3500 gr (83.9%). Dari pemeriksaan pelvimetri klinis didapati ukuran konjugata vera ≥9 dan<10 cm sebanyak 38,7%, ≥8dan <9 cm sebanyak 51,6%, ukuran ≥6 dan <8 cm sebesar 9,7%. Diperoleh 35,5% spina iskiadika yang menonjol dan 64,5% spina iskiadika tidak menonjol dari pemeriksaan klinis. Nur Aflah : Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi Panggul Sempit , 2010. konjugata transversa yang sempit, sehingga didapati ukuran pintu atas panggul yang sempit sebanyak 25,81%. Berdasarkan diameter interspinarum x -ray pelvimetri diperoleh ukuran pintu tengah panggul yang sempit sebanyak 64.5% dan ukuran pintu bawah panggul yang sempit sebanyak 77.4%. Sehingga berdasarkan ukuran pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul secara radiologis disimpulkan 90,3% pasien yang didiagnosa panggul sempit secara klinis ternyata memang sempit secara radiologis. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square dijumpai hubungan yang bermakna antara ukuran tinggi badan ibu dengan ukuran distansia interspinarum secara radiologis dengan nilai p=0,023. Sementara itu tidak dijumpai hubungan bermakna antara ukuran tinggi badan ibu dengan ukuran konjugata vera (p=0,38), konjugata transversa (p=0,066), dan distansia intertuberum (p=0,21). Kesimpulan: Penentuan panggul sempit secara klinis tidak cukup hanya berdasarkan pemeriksaan konjugata vera secara klinis, namun harus didukung pemeriksaan radiologis. Dengan menggunakan uji statistik Chi-square dijumpai adanya hubungan yang bermakna antara ukuran tinggi badan ibu dengan ukuran distansia interspinarum secara radiologis dan tidak dijumpai hubungan bermakna antara ukuran tinggi badan ibu dengan ukuran konjugata vera, konjugata transversa, dan distansia intertuberum. Dari penelitian ini disar ankan semua pasien bekas seksio sesarea atas indikasi panggul sempit perlu menjalani pemeriksaan pelvimetri radiologis sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, atau sebaiknya pelvimetri radiologis tersebut dilaksanakan sebelum pasien yang sudah menjalani seksio sesarea keluar dari rumah sakit. Jika hasil pemeriksaan pelvimetri radiologis tersebut tidak menunjukkan kesempitan panggul baik pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, maupun pintu bawah panggul, maka persalinan berikutnya dapat dipertimbangkan partus pervaginam “ Vaginal Birth After Cesarean Section”. Kata Kunci: panggul sempit, pelvimetri, konjugata vera, seksio sesarea
Tujuan : Untuk mengetahui ukuran panggul sebenarnya dengan menggunakan pemeriksaan
pelvimetri radiologis pada pasien bekas seksio sesarea atas indikasi panggul sempit dan unt uk
melihat hubungan tinggi badan dengan ukuran panggul secara radiologis.
Rancangan Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik yang
menjelaskan ukuran panggul sebenarnya secara radiologis pada pasien bekas seksio sesarea
atas indikasi panggul sempit selama 2 tahun terakhir yaitu sejak 1 Juni 2007 – 1 Juni 2009 di
RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan serta menganalisa hubungan
antara tinggi badan ibu dengan ukuran - ukuran pelvimetri radiologisnya. Analisa data dengan
menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 15 dan uji statistik Chi Square
dengan tingkat kemaknaan bila nilai p<0,05. Hasil Penelitian: Dari hasil pengumpulan data, didapatkan distribusi kelompok umur terbanyak adalah usia 21-30 tahun (64.5%). Kebanyakan kasus penelitian adalah paritas ke-2 atau pasien bekas seksio sesarea sebelumnya yang di seksio sesarea kembali atas indikasi panggul sempit (58%). Tinggi badan ibu sebagian besar <150 cm (64.5 %). Kebanyakan kepala janin masih float ing (90.3%) dengan pembukaan serviks kurang dari 2 cm. Kebanyakan berat badan lahir janin antara 2500 – 3500 gr (83.9%). Dari pemeriksaan pelvimetri klinis didapati ukuran konjugata vera ≥9 dan<10 cm sebanyak 38,7%, ≥8dan <9 cm sebanyak 51,6%, ukuran ≥6 dan <8 cm sebesar 9,7%. Diperoleh 35,5% spina iskiadika yang menonjol dan 64,5% spina iskiadika tidak menonjol dari pemeriksaan klinis. Nur Aflah : Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi Panggul Sempit , 2010. konjugata transversa yang sempit, sehingga didapati ukuran pintu atas panggul yang sempit sebanyak 25,81%. Berdasarkan diameter interspinarum x -ray pelvimetri diperoleh ukuran pintu tengah panggul yang sempit sebanyak 64.5% dan ukuran pintu bawah panggul yang sempit sebanyak 77.4%. Sehingga berdasarkan ukuran pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul secara radiologis disimpulkan 90,3% pasien yang didiagnosa panggul sempit secara klinis ternyata memang sempit secara radiologis. Dengan menggunakan uji statistik Chi Square dijumpai hubungan yang bermakna antara ukuran tinggi badan ibu dengan ukuran distansia interspinarum secara radiologis dengan nilai p=0,023. Sementara itu tidak dijumpai hubungan bermakna antara ukuran tinggi badan ibu dengan ukuran konjugata vera (p=0,38), konjugata transversa (p=0,066), dan distansia intertuberum (p=0,21). Kesimpulan: Penentuan panggul sempit secara klinis tidak cukup hanya berdasarkan pemeriksaan konjugata vera secara klinis, namun harus didukung pemeriksaan radiologis. Dengan menggunakan uji statistik Chi-square dijumpai adanya hubungan yang bermakna antara ukuran tinggi badan ibu dengan ukuran distansia interspinarum secara radiologis dan tidak dijumpai hubungan bermakna antara ukuran tinggi badan ibu dengan ukuran konjugata vera, konjugata transversa, dan distansia intertuberum. Dari penelitian ini disar ankan semua pasien bekas seksio sesarea atas indikasi panggul sempit perlu menjalani pemeriksaan pelvimetri radiologis sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, atau sebaiknya pelvimetri radiologis tersebut dilaksanakan sebelum pasien yang sudah menjalani seksio sesarea keluar dari rumah sakit. Jika hasil pemeriksaan pelvimetri radiologis tersebut tidak menunjukkan kesempitan panggul baik pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, maupun pintu bawah panggul, maka persalinan berikutnya dapat dipertimbangkan partus pervaginam “ Vaginal Birth After Cesarean Section”. Kata Kunci: panggul sempit, pelvimetri, konjugata vera, seksio sesarea