SARI
Penelitian ini mengkaji tentang kaum pinggiran di Kampung Jatipulo,
Kecamatan Palmerah Jakarta Barat Tahun 1980-1990. Permasalahan yang
diungkap dari penelitian ini ialah : (1) mengapa muncul kaum pinggiran di
Kampung Jatipulo, (2) bagaimanan perkembangan kaum pinggiran di
Kampung Jatipulo, (3) bagaimana pengaruh munculnya kaum pendatamg
terhadap kehidupan sosial-ekonomi penduduk asli Kampung Jatipulo.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Mengungkap
Latar Belakang Munculnya Kaum Pinggiran di Kampung Jatipulo, (2)
Menjelaskan Perkembangan Kaum Pinggiran di Kampung Jatipulo, (3)
Untuk Mengetahui Pengaruh Munculnya Kaum pendatang di Kampung
Jatipulo.
Untuk mengkaji permasalahan tersebut metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode sejarah, yang meliputi empat tahap yaitu
heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Lingkup spasial di
dalam penelitian adalah Kampung Jatipulo, Kecamatan Palmerah Jakarta
Barat, sedangkan lingkup temporal penulis mengambil tahun 1980-1990
karena pada tahun tersebut terjadi migrasi besar-besaran yang tidak
terkendali oleh para pendatang yang tidak memiliki keahlian khusus ke kota
besar khususnya Jakarta. Karena daya tarik kota Jakarta yang menyediakan
berbagai fasilitas dan kemungkinan masa depan, seperti: lapangan
pekerjaan, gaji yang memadai dan sebagainya. Tetapi dengan kemampuan
teknis dan latar belakang pendidikan yang pas-pasan, menyebabkan
kedatangan mereka ke kota Jakarta tidak berada pada tempat strategis, baik
tempat tinggal maupun profesi kerja.
Hasil dari penelitian ini, berisi tentang munculnya masyarakat kaum
pinggiran di kampung Jatipulo diakibatkan kedatangan kaum pendatang ke
kota Jakarta tidak dibekali dengan kemampuan teknis dan latar pendidikan
yang memadai. Akibatnya kedatangan mereka ke kota besar menjadi
terpinggirkan atau terasingkan. Di kampung Jatipulo mereka tinggal di
bangunan-bangunan liar dan lahan kosong, tetapi kemudian para kaum
pendatang ini berhasil memperbaiki nasib kehidupannya dengan adanya
pekerjaan yang relatif tetap, yaitu bekerja sebagai pedagang, penjual jasa
dan pegawai rendahan. Di kota Jakarta hubungan antarwarga dalam suatu
wilayah perkampungan yang padat, umumnya cukup erat. Terciptanya
hubungan antarwarga di perkampungan Jatipulo disebabkan kerapnya para
warga bertatap muka. Selain itu, di dorong pula oleh tingkat ekonomi
mereka yang sama sehingga mereka merasa senasib.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Pertama, corak cara hidup
masyarakat kampung Jatipulo masih menghargai cara hidup bersama dan
interaksi yang luas, dimana terciptanya hubungan antarwarga di kampung
Jatipulo disebabkan kerapnya para warga bertatap muka selain itu di dorong
pula oleh tingkat ekonomi mereka yang sama sehingga mereka merasa
senasib. Kedua, hubungan-hubungan sosial yang tercipta dan terwujud
sebagai interaksi di antara para warga menunjukan intensitas yang tinggi.
Peranan-peranan yang dilakukan bersifat majemuk sehingga terjadi
hubungan yang multikompleks. Adanya hubungan yang bersifat
multikompleks tersebut, mewujudkan pola-pola kepemimpinan yang khas
seperti, dalam kepemimpinan di masyarakat. Dimana yang dianggap sebagai
pemimpin adalah orang-orang yang dianggap “tua” dalam sistem
kekerabatan dan para “orang kaya’ yang secara langsung dapat menolong
orang lain yang sedang “kesusahan”. Tolak ukur yang digunakan dalam
menentukan kedudukan sosial seseorang adalah tingkat senioritas dalam
kekerabatan, kekayaan yang dimiliki, dan sifat sosialnya. Ketiga, corak cara
hidup warga masyarakat kampung miskin Jatipulo menciptakan, secara
langsung atau tidak langsung, suatu struktur rumah tangga yang khusus
pula. Dimana struktur rumah tangga di wilayah Kampung Jatipulo
didominasi oleh keluarga luas, bukan keluarga inti. Karena keluarga luas ini
terdiri atas keluarga inti yang satu sama lain merasa menjadi kesatuan.
Struktur demikian memudahkan mereka mengatasi kesulitan hidup di
lingkungan yang buruk dan miskin
Penelitian ini mengkaji tentang kaum pinggiran di Kampung Jatipulo,
Kecamatan Palmerah Jakarta Barat Tahun 1980-1990. Permasalahan yang
diungkap dari penelitian ini ialah : (1) mengapa muncul kaum pinggiran di
Kampung Jatipulo, (2) bagaimanan perkembangan kaum pinggiran di
Kampung Jatipulo, (3) bagaimana pengaruh munculnya kaum pendatamg
terhadap kehidupan sosial-ekonomi penduduk asli Kampung Jatipulo.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Mengungkap
Latar Belakang Munculnya Kaum Pinggiran di Kampung Jatipulo, (2)
Menjelaskan Perkembangan Kaum Pinggiran di Kampung Jatipulo, (3)
Untuk Mengetahui Pengaruh Munculnya Kaum pendatang di Kampung
Jatipulo.
Untuk mengkaji permasalahan tersebut metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode sejarah, yang meliputi empat tahap yaitu
heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Lingkup spasial di
dalam penelitian adalah Kampung Jatipulo, Kecamatan Palmerah Jakarta
Barat, sedangkan lingkup temporal penulis mengambil tahun 1980-1990
karena pada tahun tersebut terjadi migrasi besar-besaran yang tidak
terkendali oleh para pendatang yang tidak memiliki keahlian khusus ke kota
besar khususnya Jakarta. Karena daya tarik kota Jakarta yang menyediakan
berbagai fasilitas dan kemungkinan masa depan, seperti: lapangan
pekerjaan, gaji yang memadai dan sebagainya. Tetapi dengan kemampuan
teknis dan latar belakang pendidikan yang pas-pasan, menyebabkan
kedatangan mereka ke kota Jakarta tidak berada pada tempat strategis, baik
tempat tinggal maupun profesi kerja.
Hasil dari penelitian ini, berisi tentang munculnya masyarakat kaum
pinggiran di kampung Jatipulo diakibatkan kedatangan kaum pendatang ke
kota Jakarta tidak dibekali dengan kemampuan teknis dan latar pendidikan
yang memadai. Akibatnya kedatangan mereka ke kota besar menjadi
terpinggirkan atau terasingkan. Di kampung Jatipulo mereka tinggal di
bangunan-bangunan liar dan lahan kosong, tetapi kemudian para kaum
pendatang ini berhasil memperbaiki nasib kehidupannya dengan adanya
pekerjaan yang relatif tetap, yaitu bekerja sebagai pedagang, penjual jasa
dan pegawai rendahan. Di kota Jakarta hubungan antarwarga dalam suatu
wilayah perkampungan yang padat, umumnya cukup erat. Terciptanya
hubungan antarwarga di perkampungan Jatipulo disebabkan kerapnya para
warga bertatap muka. Selain itu, di dorong pula oleh tingkat ekonomi
mereka yang sama sehingga mereka merasa senasib.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Pertama, corak cara hidup
masyarakat kampung Jatipulo masih menghargai cara hidup bersama dan
interaksi yang luas, dimana terciptanya hubungan antarwarga di kampung
Jatipulo disebabkan kerapnya para warga bertatap muka selain itu di dorong
pula oleh tingkat ekonomi mereka yang sama sehingga mereka merasa
senasib. Kedua, hubungan-hubungan sosial yang tercipta dan terwujud
sebagai interaksi di antara para warga menunjukan intensitas yang tinggi.
Peranan-peranan yang dilakukan bersifat majemuk sehingga terjadi
hubungan yang multikompleks. Adanya hubungan yang bersifat
multikompleks tersebut, mewujudkan pola-pola kepemimpinan yang khas
seperti, dalam kepemimpinan di masyarakat. Dimana yang dianggap sebagai
pemimpin adalah orang-orang yang dianggap “tua” dalam sistem
kekerabatan dan para “orang kaya’ yang secara langsung dapat menolong
orang lain yang sedang “kesusahan”. Tolak ukur yang digunakan dalam
menentukan kedudukan sosial seseorang adalah tingkat senioritas dalam
kekerabatan, kekayaan yang dimiliki, dan sifat sosialnya. Ketiga, corak cara
hidup warga masyarakat kampung miskin Jatipulo menciptakan, secara
langsung atau tidak langsung, suatu struktur rumah tangga yang khusus
pula. Dimana struktur rumah tangga di wilayah Kampung Jatipulo
didominasi oleh keluarga luas, bukan keluarga inti. Karena keluarga luas ini
terdiri atas keluarga inti yang satu sama lain merasa menjadi kesatuan.
Struktur demikian memudahkan mereka mengatasi kesulitan hidup di
lingkungan yang buruk dan miskin