SARI
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu (1),
Bagaimanakah kondisi Gereja Kristen Jawa Purbalingga pada masa Pendudukan
Jepang tahun 1942-1945, (2), Sikap Gereja Kristen Jawa Purbalingga terhadap
pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (3), Keadaan tenaga-tenaga Pekabar Injil
yang ada di Purbalingga pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (4),
Kondisi media pekabaran Injil yang ada di Purbalingga pada masa pendudukan
Jepang tahun 1942-1945.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1), Kondisi Gereja
Kristen Jawa Purbalingga pada masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (2),
Sikap Gereja Kristen Jawa Purbalingga pada masa pendudukan Jepang tahun
1942-1945, (3), Keadaan tenaga-tenaga Pekabar Injil yang ada di Purbalingga
pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (4), Kondisi Media Pekabaran
Injil yang ada di Purbalingga pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang terdiri dari
: pengumpulan sumber/data, membandingkan sumber dengan sumber lain, analisis
dan penafsiran sumber dan penulisan.
Hasil penelitian ini adalah; Pendudukan Jepang di Purbalingga tahun
1942-1945 berpengaruh besar terhadap perkembangan Gereja Kristen Jawa
Purbalingga. Kondisi Gereja Kristen Jawa Purbalingga pada masa pendudukan
Jepang hidup dalam tekanan keras dari kebijakan politik Jepang. Bersamaan
dengan kedatangan Jepang di Purbalingga, Ds. Samah Soedarmadi mengundurkan
diri dari jabatan sebagai pendeta. Keadaan Gereja menjadi sepi. Ds. Samah
Soedarmadi digantikan oleh Ds. Merwitojo Asmowinangun. Pada masa
pendudukan Jepang ini Gereja tidak diperbolehkan buka selain hari Minggu dan
kelompok-kelompok Kristen di desa-desa banyak yang membubarkan diri, karena
takut dengan tentara Jepang. Pada masa pendudukan Jepang orang-orang
Tionghoa yang menjadi jemaat Gereja Kristen Jawa Purbalingga memisahkan diri
dan mendirikan Gereja Kristen Indonesia di Purbalingga. Media pekabaran Injil
milik gereja, seperti sekolah-sekolah, rumah sakit dan poliklinik-poliklinik serta
pastori diambilalih oleh pemerintah Jepang untuk dijadikan alat propaganda
Jepang. Tenaga-tenaga Pekabar Injil dari Eropa dimasukkan dalam kam tawanan
oleh pemerintah Jepang. Tenaga-tenaga Pekabar Injil pribumi hidup dalam
kekurangan. Kondisi keuangan gereja kurang, sebagai akibat dari putusnya
hubungan Gereja Kristen Jawa Purbalingga dengan Zending dan Gereja
Rotterdam. Pada masa pendudukan Jepang Gereja Kristen Jawa Purbalingga juga
benar-benar menjadi Gereja yang mandiri.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah : Gereja Kristen Jawa Purbalingga
pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945 hidup dalam tekanan keras dari
militer Jepang. Kelompok-kelompok Kristen di desa banyak yang membubarkan
diri. Tenaga-tenaga Pekabar Injil Eropa dimasukkan dalam kam tawanan.
Tenaga-tenaga Pekabar Injil pribumi hidup dalam kekurangan. Media pekabaran
Injil milik gereja diambilalih dan dijadikan sebagai alat propaganda Militer
Jepang. Meskipun hidup dalam tekanan keras Jepang Gereja Kristen Jawa
Purbalingga masih tetap berdiri dan tumbuh menjadi gereja yang benar-benar
mandiri. Jemaat Gereja Kristen Jawa Purbalingga mulai sadar akan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai jemaat, baik dalam hal keuangan maupun Pekabaran
Injil.
Saran penulis setelah melakukan penelitian ini adalah Pemerintah daerah
hendaknya dengan bekerjasama dengan instansi tertentu menyusun sejarah lokal
daerahnya. Jemaat Gereja Kristen Jawa Purbalingga hendaknya selalu berpikiran
positif terhadap pencobaan yang datang . Tuhan yang mengijinkan pencobaan itu
datang akan memberi kekuatan pada kita. Dan apabila kita tabah, sesuatu yang
indah pasti akan terjadi.
Kata kunci : Gereja Kristen Jawa, Pendudukan Jepang, Zending
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu (1),
Bagaimanakah kondisi Gereja Kristen Jawa Purbalingga pada masa Pendudukan
Jepang tahun 1942-1945, (2), Sikap Gereja Kristen Jawa Purbalingga terhadap
pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (3), Keadaan tenaga-tenaga Pekabar Injil
yang ada di Purbalingga pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (4),
Kondisi media pekabaran Injil yang ada di Purbalingga pada masa pendudukan
Jepang tahun 1942-1945.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1), Kondisi Gereja
Kristen Jawa Purbalingga pada masa Pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (2),
Sikap Gereja Kristen Jawa Purbalingga pada masa pendudukan Jepang tahun
1942-1945, (3), Keadaan tenaga-tenaga Pekabar Injil yang ada di Purbalingga
pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, (4), Kondisi Media Pekabaran
Injil yang ada di Purbalingga pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang terdiri dari
: pengumpulan sumber/data, membandingkan sumber dengan sumber lain, analisis
dan penafsiran sumber dan penulisan.
Hasil penelitian ini adalah; Pendudukan Jepang di Purbalingga tahun
1942-1945 berpengaruh besar terhadap perkembangan Gereja Kristen Jawa
Purbalingga. Kondisi Gereja Kristen Jawa Purbalingga pada masa pendudukan
Jepang hidup dalam tekanan keras dari kebijakan politik Jepang. Bersamaan
dengan kedatangan Jepang di Purbalingga, Ds. Samah Soedarmadi mengundurkan
diri dari jabatan sebagai pendeta. Keadaan Gereja menjadi sepi. Ds. Samah
Soedarmadi digantikan oleh Ds. Merwitojo Asmowinangun. Pada masa
pendudukan Jepang ini Gereja tidak diperbolehkan buka selain hari Minggu dan
kelompok-kelompok Kristen di desa-desa banyak yang membubarkan diri, karena
takut dengan tentara Jepang. Pada masa pendudukan Jepang orang-orang
Tionghoa yang menjadi jemaat Gereja Kristen Jawa Purbalingga memisahkan diri
dan mendirikan Gereja Kristen Indonesia di Purbalingga. Media pekabaran Injil
milik gereja, seperti sekolah-sekolah, rumah sakit dan poliklinik-poliklinik serta
pastori diambilalih oleh pemerintah Jepang untuk dijadikan alat propaganda
Jepang. Tenaga-tenaga Pekabar Injil dari Eropa dimasukkan dalam kam tawanan
oleh pemerintah Jepang. Tenaga-tenaga Pekabar Injil pribumi hidup dalam
kekurangan. Kondisi keuangan gereja kurang, sebagai akibat dari putusnya
hubungan Gereja Kristen Jawa Purbalingga dengan Zending dan Gereja
Rotterdam. Pada masa pendudukan Jepang Gereja Kristen Jawa Purbalingga juga
benar-benar menjadi Gereja yang mandiri.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah : Gereja Kristen Jawa Purbalingga
pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945 hidup dalam tekanan keras dari
militer Jepang. Kelompok-kelompok Kristen di desa banyak yang membubarkan
diri. Tenaga-tenaga Pekabar Injil Eropa dimasukkan dalam kam tawanan.
Tenaga-tenaga Pekabar Injil pribumi hidup dalam kekurangan. Media pekabaran
Injil milik gereja diambilalih dan dijadikan sebagai alat propaganda Militer
Jepang. Meskipun hidup dalam tekanan keras Jepang Gereja Kristen Jawa
Purbalingga masih tetap berdiri dan tumbuh menjadi gereja yang benar-benar
mandiri. Jemaat Gereja Kristen Jawa Purbalingga mulai sadar akan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai jemaat, baik dalam hal keuangan maupun Pekabaran
Injil.
Saran penulis setelah melakukan penelitian ini adalah Pemerintah daerah
hendaknya dengan bekerjasama dengan instansi tertentu menyusun sejarah lokal
daerahnya. Jemaat Gereja Kristen Jawa Purbalingga hendaknya selalu berpikiran
positif terhadap pencobaan yang datang . Tuhan yang mengijinkan pencobaan itu
datang akan memberi kekuatan pada kita. Dan apabila kita tabah, sesuatu yang
indah pasti akan terjadi.
Kata kunci : Gereja Kristen Jawa, Pendudukan Jepang, Zending