ABSTRAK
Primkopti Semarang Barat merupakan primer koperasi tempe dan tahu Indonesia yang berada dikota Semarang, khususnya di Semarang Barat yang merupakan salah satu organisasi ekonomi yang sebenarnya masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama pengrajin tahu dan tempe. Namun pada kenyataannya, koperasi ini kurang berperan sebagaimana mestinya, terbukti dengan adanya penurunan jumlah debitur dan jumlah kredit yang diberikan oleh koperasi kepada masyarakat dari tahun ketahun. Melihat fenomena tersebut perlu analisis tingkat kesehatan agar dapat dijadikan pertimbangan manajer dalam mengambil suatu keputusan yang tepat untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kesehatan USP Primkopti Semarang Barat dari tahun 2000-2005? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesehatan USP Primkopti Semarang Barat dari tahun 2000-2005.
Subyek yang diteliti adalah data-data laporan keuangan dari tahun 2000- 2005. Data dianalisis tingkat kesehatannya menggunakan empat aspek: 1) permodalan, (2) kualitas aktiva produktif, (3) rentabilitas dan (4)likuiditas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2000 tingkat kesehatannya mencapai 58,73 (kurang sehat), pada tahun 2001 sebesar 70,93 (cukup sehat), pada tahun 2002 sebesar 69,66 (cukup sehat), tahun 2003 sebesar 34,00 (tidak sehat), pada tahun 2004 sebesar 51,48 (kurang sehat) dan tahun 2005 mencapai 69.36 (cukup sehat). Dari keempat aspek yang diukur, aspek yang menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan adalah kualitas aktiva produktif dan likuiditas, selanjutnya aspek rentabilitas dan yang paling sehat pada aspek permodalan.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan Unit Simpan Pinjam Primkopti Semarang Barat tergolong cukup sehat. Disarankan kepada manajer Primkopti Semarang untuk mengelola aktiva produktif secara optimal, dengan cara membatasi persediaan cash on hand dan mengalokasikan aktiva produktif untuk kegiatan atau usaha-usaha yang dapat menambah laba atau SHU, misalnya pada unit usaha pertokoan. Selain itu Koperasi harus mempunyai ketentuan bahwa pinjaman yang diberikan didukung dengan agunan yang nilainya sama atau lebih besar dari pinjaman yang diberikan. Ketentuan mengenai kolektibilitas aktiva produktif merupakan suatu hal yang perlu dimiliki. Dengan demikian aspek rentabilitasnya pun diharapkan akan meningkat secara proporsional. Primkopti perlu memiliki ketentuan mengenai pembatasan pemberian pinjaman kepada anggota dan menitik beratkan atas kemampuan peminjam untuk mengembalikan pinjamannya daripada tersedianya agunan.