BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem pengendalian manajemen merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan pengelolaan perusahaan. Pada dasarnya, pengendalian manajemen merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi bawahannya agar mau melaksanakan strategi perusahaan. Dalam sistem pengendalian manajemen, anggaran memegang peranan penting sebagai alat manajemen untuk mengendalikan operasi perusahaan agar strategi yang ditetapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Anggaran dapat didefinisikan sebagai rencana dari seluruh kegiatan perusahaan dalam jangka pendek yang dinyatakan dalam unit kuantitatif. Menurut Munandar (1991), anggaran didefinisikan sebagai suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka periode waktu tertentu. Dilihat dari definisinya, anggaran memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Anggaran merupakan rencana kegiatan perusahaan terutama yang menyangkut rencana keuangan perusahaan.
b. Anggaran meliputi kurun waktu tertentu. Pada umumnya, anggaran meliputi kurun waktu yang berjangka pendek, misalnya 1 tahun.
Dalam sistem pengendalian manajemen, anggaran memiliki beberapa fungsi yang secara garis besar dapat diringkas menjadi 4 fungsi pokok yaitu pertama, anggaran berfungsi sebagai arahan dan patokan bagi manajer dalam melakukan berbagai aktivitas perusahaan agar dapat selalu sesuai dengan strategi perusahaan; kedua, anggaran dapat digunakan sebagai alat atau media komunikasi dan koordinasi antara bagian dalam organisasi; ketiga, anggaran merupakan alat pendelegasian tanggung jawab dan pengalokasian sumber daya bagi manajer, sekaligus sebagai pemberitahuan mengenai kinerja yang diharapkan dari mereka, dan keempat, anggaran berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasi dan mengukur prestasi dan kinerja manajer.
Proses penyusunan anggaran sendiri meliputi tiga tahap utama. Ketiga tahap tersebut adalah:
a. Tahap penentuan tujuan dan pengalokasian sumber daya. Dalam tahap ini,
para manajer menentukan tujuan jangka pendek dan strategi yang dapat digunakan untuk mencapainya.
b. Tahap implementasi. Dalam tahap ini, rencana kegiatan yang sudah berupa anggaran dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
c. Tahap pengawasan dan evaluasi kinerja. Tahap ini pada dasarnya dilaksanakan selama implementasi anggaran.
Apabila diperhatikan dari ketiga langkah penyusunan anggaran diatas, maka semua langkah tersebut melibatkan interaksi manusia. Begitu juga jika dilihat dari fungsinya, anggaran sangat mempengaruhi manusia. Oleh karena anggaran melibatkan hubungan antar manusia, maka terdapat perilaku-perilaku manusia yang mungkin timbul sebagai akibat dari anggaran, baik yang bersifat perilaku positif maupun perilaku yang negatif. Perilaku yang positif dapat berupa peningkatan kinerja manajer karena termotivasi oleh anggaran yang digunakan sebagai dasar penilaian kinerja mereka. Perilaku negatif yang mungkin timbul adalah kecenderungan manajer untuk menciptakan slack dalam anggaran.
Slack/senjangan anggaran didefinisikan sebagai selisih sumber daya yang diperlukan dengan sumber daya yang disediakan untuk suatu pekerjaan (Siegel, 1989). Menurut definisi dari Young (1985), slack adalah the amount by which subordinate understate his productive capability when given chance to select work standard against which his performance will be evaluated. Banyak penelitian yang dilakukan untuk menganalisa faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecenderungan menciptakan slack tersebut. Salah satu faktor yang banyak diteliti dan dianggap memiliki pengaruh yang signifikan pada timbulnya slack adalah partisipasi anggaran. Sebagian penelitian yang telah dilakukan mendukung hipotesis bahwa partisipasi bawahan dalam pembuatan anggaran akan menghasilkan slack anggaran (Williamson, 1964). Penelitian Lukka (1998) juga menunjukkan bahwa tingkat partisipasi yang tinggi memberikan manajer bawahan kesempatan dalam memunculkan slack. Namun beberapa penelitian tidak mendukung temuan tersebut, sebagai contoh Onsi (1973), Camman (1976) dan Merchant (1985) menyatakan bahwa partisipasi justru dapat mengurangi slack, hal ini dikarenakan adanya komunikasi positif antara manajer atas dan bawahan akan mengurangi tekanan untuk membuat slack dalam anggaran.