BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Dewasa ini perkembangan industri di Indonesia semakin pesat. Berdasarkan skalanya industri dibedakan menjadi dua kelompok yaitu industri besar dan kecil. Berbagai macam industri tersebut antara lain industri kimia, kertas, tekstil dan semen. Adapun contoh industri kecil antara lain industri tahu, tempe dan krupuk. Banyaknya industri dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari industri antara lain terciptanya lapangan pekerjaan dan pemanfaatan teknologi baru di berbagai bidang. Adapun dampak negatifnya berasal dari limbah industri yang bersangkutan. Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu limbah cair, gas dan partikel, serta padat. Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibedakan menjadi limbah yang memiliki nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah yang apabila diproses akan memberikan suatu nilai tambah. Salah satu contoh adalah limbah pabrik gula, tetes merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri alkohol, sedangkan ampas tebu dapat dijadikan bahan baku kertas karena mudah dibentuk menjadi bubur pulp. Limbah non ekonomis yaitu suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Kristanto, 2002).
Masalah pencemaran semakin menarik perhatian masyarakat, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya kasus-kasus pencemaran yang terungkap ke permukaan. Perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas lingkungan. Penanganan masalah pencemaran menjadi sangat penting dilakukan dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan terutama harus diimbangi dengan teknologi pengendalian pencemaran yang tepat guna (Haryono, 1997).
Pada umumnya industri-industri besar telah memiliki instalasi pengolahan limbah, sehingga pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri tersebut hampir seluruhnya telah dapat ditangani. Sebaliknya, limbah yang berasal dari industri kecil masih perlu diperhatikan karena kebanyakan industri kecil belum memiliki instalasi pengolahan limbah sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan solusi untuk pengolahan limbah industri kecil menggunakan cara yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang mahal.
Industri tahu merupakan salah satu jenis industri kecil yang limbah cairnya perlu segera ditangani karena di dalam proses produksinya mengeluarkan limbah cair yang cenderung mencemari lingkungan perairan di sekitarnya baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Moertinah dan Djarwanti, 2003).
Air limbah industri tahu berasal dari proses pencucian dan perendaman kedelai, serta dari pengepresan dan pencetakan tahu. Selain itu juga dari sisa larutan serta dari proses pencucian peralatan masak (Djarwanti dkk, 2000A). Limbah cair yang mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, mengalami perubahan fisik, khemis, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman. Kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu itu sendiri ataupun pada manusia. Limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan gangguan pernafasan. Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi, apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya (http://www.menlh.go.id/usaha-kecil/olah/tahu.htm).
Salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh beban cemaran pada air limbah adalah dengan mengukur COD (Chemical Oxygen Demand). Semakin tinggi nilai COD, berarti semakin tinggi pula beban cemaran yang ada pada limbah cair tersebut (Masturi, 1997).
Menurut Djarwanti (2000B), industri tahu pada umumnya menghasilkan air limbah yang polutif, dengan nilai COD antara 4000-6000 mg/L. Hal ini berarti bahwa setiap m3 air limbah rata-rata dibutuhkan 5 kg O2. Apabila setiap 100 kg kedelai menghasilkan 2 m3 air limbah maka O2 yang dibutuhkan adalah 10 kg per 100 kg kedelai. Biochemical Oxygen Demand (BOD) dari air limbah tahu berkisar antara 3000-4000 mg/L. Sifat air limbah industri biodegradable atau mudah didegradasi secara biologis. Agar limbah industri tahu tidak mencemari lingkungan maka perlu penanganan lebih lanjut. Apabila kandungan zat-zat organik dalam limbah tinggi, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organik tersebut, sehingga nilai BOD dan COD limbah akan tinggi pula. Oleh karena itu untuk menurunkan nilai BOD dan COD limbah, perlu dilakukan pengurangan zat-zat organik yang terkandung di dalam limbah sebelum dibuang ke perairan. Pengurangan kadar zat-zat organik yang ada pada limbah industri tahu sebelum dibuang ke perairan, dapat dilakukan dengan mengadsorpsi zat-zat tersebut menggunakan adsorben. Salah satu adsorben yang memiliki kemampuan adsorpsi yang besar adalah zeolit alam. Kemampuan adsorpsi zeolit alam akan meningkat apabila zeolit terlebih dahulu diaktifkan. Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface antara dua fasa. Pada umumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan (Herlambang, 2002).
Zeolit adalah salah satu mineral yang banyak terkandung di bumi Indonesia yang pemanfaatannya belum maksimal. Bentuk kristal zeolit relatif teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi sangat luas sehingga baik bila digunakan sebagai adsorben (Arnelli dkk, 1999).
Pada umumnya zeolit yang ditambang langsung dari alam masih mengandung pengotor-pengotor organik dan anorganik yang menutupi porinya, sehingga untuk meningkatkan kemampuan daya serap zeolit alam harus dilakukan aktivasi terlebih dahulu (Khairinal dan Trisunaryanti, 2000).
Pada penelitian ini akan dilakukan aktivasi zeolit dengan menggunakan HCl 6 N dan NH4NO3 2 N yang merupakan konsentrasi optimum untuk dealuminasi zeolit alam Wonosari. Konsentrasi tersebut mengacu pada penelitian Ermawati tahun 2003.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah :
1. a. Berapa persen maksimum penurunan BOD limbah tahu di Sumur Jurang dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben ?
b. Berapa persen maksimum penurunan COD limbah tahu di Sumur Jurang dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben ?
2. a. Berapa massa optimum zeolit dalam limbah pada penurunan BOD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben ?
b. Berapa massa optimum zeolit dalam limbah pada penurunan COD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben ?
3. a. Berapa suhu optimum penurunan BOD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben ?
b. Berapa suhu optimum penurunan COD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui persen maksimum penurunan BOD dan COD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben.
2. Mengetahui massa optimum zeolit dalam limbah pada penurunan BOD dan COD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben.
3. Mengetahui suhu optimum penurunan BOD dan COD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang persen maksimum penurunan BOD dan COD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben.
2. Memberikan informasi tentang massa optimum zeolit dalam limbah pada
penurunan BOD dan COD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben.
3. Memberikan informasi tentang suhu optimum penurunan BOD dan COD limbah tahu dengan zeolit teraktivasi sebagai adsorben.
4. Memberikan informasi tentang ada atau tidaknya pengaruh zeolit terhadap parameter limbah tahu selain BOD dan COD.
E. Sistematika Tugas Akhir II
Garis besar sistematika Tugas Akhir II ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian Pendahuluan
Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan yang berisi tentang alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika tugas akhir. Bab II Landasan Teori merupakan kajian pustaka, yang digunakan sebagai pijakan dalam pelaksanaan penelitian, yaitu tinjauan tentang zeolit, tinjauan tentang BOD dan COD. Bab III Metode Penelitian yang berisi sampel penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Laboratorium Kimia FMIPA UNNES. Bab V Penutup yang berisi simpulan dan saran-saran.
3. Bagian Akhir
Bagian ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.