BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Sejak krisis melanda bangsa Indonesia sekitar tahun 1997 harga berbagai kebutuhan pangan dan sandang semakin tinggi, termasuk sarana produksi pertanian yaitu pupuk dan pestisida sintetis. Tingginya kebutuhan sarana produksi menimbulkan masalah di kalangan petani diantaranya harga pupuk dan pestisida sintetis yang tinggi. Untuk memecahkan masalah pupuk dan pestisida sintetis, para petani, petugas dan ahli pertanian kembali menggunakan bahan alami. Pupuk kimiawi diganti menggunakan pupuk alami seperti seresah dan kotoran ternak, sedangkan untuk pestisida sintetis diganti menggunakan biopestisida.
Negara kita terlambat dalam bidang pengembangan biopestisida di banding negara-negara ASEAN. Sampai sekarang Indonesia masih mengimpor pestisida sintetis dari negara-negara maju yang mencapai 20.000 ton per tahun, meliputi 594 merek dagang pestisida (Natawigena:1985). Dampak penggunaan pestisida sintetis secara terus menerus adalah pencemaran tanah, air, residu pestisida, dan ikut terbunuhnya predator alami sehingga muncul hama baru yang lebih resisten terhadap pestisida. Berbagai jenis pestisida akan terakumulasi di tanah dan air, sehingga akan berdampak buruk terhadap keseluruhan ekosistem dan efektivitas pestisida akan menurun. Prospek pengembangan biopestisida di negara kita masih sangat terbuka lebar, karena keanekaragaman hayati yang ada sangat potensial untuk dimanfaatkan. Biopestisida cepat terurai oleh komponen alam seperti sinar matahari, kelembaban, suhu udara, sehingga tidak akan menyebabkan pencemaran tanah dan air. Daya racun pestisida bersifat selektif karena hanya mematikan organisme pengganggu tanaman tertentu dan relatif aman bagi predator alami, manusia, mamalia dan ikan. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman tanaman yang memiliki kandungan bahan biopestisida diantaranya bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium). Lebih dari 2400 jenis tanaman yang masuk dalam 235 familia telah diketahui mengandung pestisida (Budiyono:2001).
Penelitian tanaman yang memiliki bahan biopestisida di Indonesia belum dilakukan secara maksimal, bahkan penggunaannya cenderung berdasarkan pengalaman secara turun temurun. Bahan alami yang terdapat dalam tanaman yang mengandung biopestisida dapat berperan sebagai insektisida, rodentisida, moluskisida, dan sifat lainnya. Bahan alami yang berperan sebagai pestisida antara lain: piretrin, jasmolin, dan cinerin (Novizan:2000).
Ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) mengandung beberapa jenis zat aktif yang bersifat insektisida. Salah satu zat aktif yang kadarnya besar adalah piretrin. Kandungan piretrin mencapai 0,9-1,3% (Novizan,2000). Piretrin diperoleh dari ekstrak bunga krisan merupakan racun kontak yang tidak meninggalkan residu dan aman bagi lingkungan (Novizan:2000)
Dari uraian tersebut penulis ingin mengadakan penelitian untuk mengetahui karakterisasi zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) sehingga dapat digunakan sebagai alternatif bahan pembuatan biopestisida.
B. Permasalahan
Berdasarkan judul dan latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu :
1. Zat metabolit sekunder apa yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) ?
2. Pelarut apa yang cocok digunakan untuk karakterisasi zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Karakterisasi zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium).
2. Menentukan jenis pelarut yang cocok untuk karakterisasi zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang cara karakterisasi zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) dan Memberikan informasi tentang zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium).
2. Memberikan informasi tentang jenis pelarut yang cocok untuk karakterisasi zat metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium).
E. Sistematika Tugas Akhir II
Untuk memberikan gambaran isi dari penelitian ini, maka garis besar sistematika tugas akhir II ini adalah sebagai berikut :
A. Bagian pendahuluan
Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, sari, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
B. Bagian isi
Bagian ini terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan, dan manfaat penelitian, serta sistematika tugas akhir.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori berisi landasan teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu tinjauan tentang bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium), tinjauan tentang piretrum, tinjauan tentang piretrin, tinjauan tentang metode ekstraksi, tinjauan tentang kromatografi lapis tipis (KLT), tinjauan tentang Spektrofotometer Infra Merah (IR), tinjauan tentang Gas Cromatography-Mass Spectrofotometer (GC-MS)
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian berisi tentang sampel penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data dan metode analasis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di laboratorium Kimia FMIPA UNNES.
BAB V PENUTUP
Penutup berisi simpulan dan saran-saran.
C. Bagian Akhir
Bagian ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.