BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Efektivitas perusahaan tergantung oleh berbagai faktor salah satunya yaitu aspek manusia. Keberhasilan dan kemunduran suatu perusahaan juga tidak lepas dari aspek manusia tersebut, sehingga menjadi pokok perhatian dari sistem pengendalian manajemen. Alloh SWT dalam beberapa ayatnya juga menjelaskan tentang sisi negatif manusia. Diantaranya tertuang di dalam Al-Qur’an :
1. QS. Al-Ahzab 72, “Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.
2. QS. At-Tin 5, “Manusia merupakan serendah-rendahnya makhluk”.
3. QS. Al-Kahfi 54, “Manusia adalah makhluk yang banyak membantah”.
Senada dengan pandangan tersebut, McGregor dengan teori X-nya menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia mempunyai kecenderungan untuk menjadi pemalas, kurang bergairah dalam berusaha maupun untuk melaksanakan suatu pekerjaan (Reksohadiprodjo dan Handoko, 2000, h 255). Penjelasan tersebut cukup kuat untuk menjelaskan kelemahan-kelemahan manusia sehingga diperlukan suatu sistem kontrol yang dapat meminimalisir sisi negatif manusia. Sistem pengendalian manajemen mempunyai intisari untuk mendesain orang-orang yang ada didalam organisasi supaya tujuan1 organisasi dapat tercapai.
Untuk mencapai tujuannya maka diperlukan komponen-komponen formal maupun informal. Komponen formal perusahaan merupakan kerangka eksplisit yang telah dibuat sedemikian rupa oleh manajemen kemudian dikomunikasikan kepada orang-orang yang ada dibawahnya, dengan harapan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai, biasanya komponen formal perusahaan terdiri dari tujuan,strategi, anggaran dll.
Sedangkan komponen informal merupakan suatu kerangka implisit yang diyakini dan dianut oleh seluruh elemen perusahaaan sebagai referensi untuk melakukan suatu tindakan. Komponen informal sifatnya imateri namun tampak dari gaya berpikir, cara menyelesaikan suatu permasalahan. Komponen informal terdiri dari gaya manajemen, budaya perusahaan.
Adanya komponen formal dan informal di dalam perusahaan untuk menjembatani motif perusahaan dengan anggota perusahaan tersebut, perlu ditegaskan bahwa masing-masing anggota organisasi mempunyai tujuan yang berbeda dan tidak selalu selaras dengan tujuan perusahaan. perbedaan tujuan itulah apabila tidak diperhatikan secara serius akan mempunyai titik balik kurang baik bagi perusahaan, oleh karena itu diperlukan sebuah sistem pengendalian manajemen untuk memadukan keberagaman kepentingan perusahaan supaya tercapai goal congruence. Penyatuan tersebut akan mengarah ke suatu sinergi yang membawa dampak positif bagi kedua belah pihak.
Namun ada kalanya terjadi ketidakefektifan pengendalian manajemen, kondisi tersebut terjadi apabila pengendalian formal berjalan tidak beriringan dengan pengendalian informal. Sebagai contoh, perusahaan jasa komunikasi PT Jauhary On-Line mulai beroperasi pada tahun 2003 dan bertempat di Jogjakarta, mayoritas karyawan berasal dari daerah tersebut. Pada 2 tahun pertama masa operasi, perusahaan mengalami kerugian yang disebabkan pembengkakan biaya organisasi. Akhirnya pihak manajemen perusahaan mencari akar permasalahannya, ternyata permasalahannya bersumber dari keterbukaan komunikasi di perusahaan tersebut sehingga dianggap ora elok oleh sebagian karyawan karena mereka masih memegang erat nilai ewoh-pakewoh dalam kehidupan bermasyarakat. Pada akhirnya keterbukaan komunikasi tersebut dianggap trocoh dan nylekuthis. Trocoh berarti penggunaan kata-kata vulgar dalam percakapan sedangkan nylekuthis berarti tidak bisa menempatkan sesuatu hal secara pas (Endraswara, 2003, h 34-5). Kedua anggapan tersebut di mata karyawan bisa menjatuhkan harga diri dan sebagai wujud protes kepada perusahaan mereka tidak bekerja maksimal.
Imbasnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan mengalami penurunan. Apabila kondisi tersebut tidak ditangani secara serius, bisa diprediksi PT Jauhari On-Line akan tinggal namanya saja.
Realitas tersebut mengisyaratkan perlunya pengendalian formal berdampingan dengan pengendalian informal sebagaimana yang disampaikan oleh Anthony dan Govindarajan (2002, h 60) bahwa keselarasan pengendalian formal dengan pengendalian informal dapat mempermudah perusahaan dalam mencapai tujuannya. Salah satu pengendalian informal yang berpengaruh adalah