BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu membutuhkan barang. Untuk mendapatkan barang-barang tersebut maka perusahaan harus mendapatkannya dari pihak lain dengan cara melakukan transaksi yang disebut pembelian.
Pembelian digunakan untuk pengadaan barang yang diperlukan. Transaksi pembelian dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pembelian lokal dan pembelian impor. Pembelian lokal adalah pembelian dari pemasok dalam negeri sedangkan pembelian impor adalah pembelian dari pemasok luar negeri. Macam dari transaksi pembelian ada 2 yaitu pembelian tunai dan pembelian kredit. Pembelian tunai yaitu pembelian barang yang pembayarannya secara tunai, sedangkan pembelian kredit yaitu pembelian barang yang pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati oleh kedua pihak.
Istilah yang digunakan untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki perusahaan akan tergantung pada jenis usaha perusahaan. Istilah yang digunakan dapat dibedakan untuk usaha dagang yaitu perusahaan yang membeli barang dagang dan menjualnya kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk barang, sedangkan perusahaan manufaktur yaitu perusahaan yang membeli barang dan mengubah bentuknya untuk dapat dijual. Dalam perusahaan dagang barang-barang yang dibeli dengan tujuan akan dijual kembali disebut persediaan barang dagang. Sedangkan dalam perusahaan manufaktur barang-barang yang dibeli akan diolah menjadi barang yang siap dijual, barang-barang yang akan diolah tersebut disebut bahan baku.
Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya. Bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Jika terjadi kekurangan bahan baku yang tersedia dapat mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Usaha untuk menyediakan bahan baku yang cukup untuk proses produksi tentu saja harus ditempuh dengan melakukan pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku memegang peranan penting dalam kelancaran proses produksi. Perusahaan agar dalam kegiatan operasionalnya dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat memperoleh atau meningkatkan laba seoptimal mungkin, maka harus memperhatikan penerapan sistem akuntansi yang sesuai dengan kondisi perusahaan itu sendiri.
“Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”.(Mulyadi, 2001 : 3). Dari pengertian tersebut, maka sistem akuntansi mempunyai peranan penting dalam memudahkan manajemen mengelola perusahaan. “Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk mencatat transaksi keuangan yang telah terjadi saja, namun memiliki peran yang besar dalam melakukan bisnis perusahaan. Bahkan dalam bisnis perusahaan tertentu, sistem akuntansi merupakan alat yang digunakan untuk melakukan bisnis utama perusahaan.” (Mulyadi, 2001: 31). Dengan adanya sistem akuntansi yang baik maka bisnis perusahaan akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, setiap perusahaan perlu menerapkan sistem akuntansi yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Salah satu sistem akuntansi yang digunakan perusahaan adalah sistem akuntansi pembelian bahan baku.
Sistem akuntansi pembelian bahan baku dirancang untuk menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan transaksi pembelian atas bahan baku yang diperoleh. Masalah-masalah yang sering dihadapi pada perusahaan manufaktur berkaitan dengan pembelian bahan baku adalah kelancaran proses produksi, karena tersedianya bahan baku yang cukup merupakan faktor yang menentukan kelancaran proses produksi, agar bahan baku tersedia dengan cukup untuk proses produksi maka pembelian bahan baku harus dilakukan dengan tepat, supaya tidak terjadi kelebihan atau kekurangan bahan baku. Masalah lain yang sering dihadapi adalah kualitas hasil produksi. “Kualitas suatu produksi selesai tergantung pada kualitas bahan mentah yang dipergunakan. Jika toleransi yang ketat ditentukan pada suatu produk dengan persyaratan desain, produsen harus mendapatkan bahan dan barang-barang pelengkap yang berkualitas tinggi” (Longenecker, at all, 2001 : 552). Agar hasil produksi berkualitas maka, perusahaan harus memilih bahan baku yang sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan itu sendiri. Dengan adanya sistem akuntansi pembelian bahan baku diharapkan dapat mengatasi semua masalah yang berkaitan dengan pembelian bahan baku yang dihadapi perusahaan. Pembelian bahan baku memungkinkan terjadinya penyimpangan atau kecurangan-kecurangan. Dalam sistem akuntansi pembelian bahan baku, dilakukan pemisahan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang baik, serta praktik yang sehat. Itu semua merupakan pengendalian dalam sistem akuntansi. Pengendalian dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau kecurangan dalam pembelian bahan baku, seperti kecurangan pencatatan kuantitas atau harga bahan baku yang dibeli. Oleh karena itu, sistem akuntansi pembelian bahan baku sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk menyediakan catatan yang lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan. Perusahaan Kacang Atom GAJAH Semarang merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi makanan ringan. Perusahaan ini dalam memproduksi membutuhkan beberapa bahan baku, yaitu : kacang tanah, tepung tapioka, garam, gula, bawang putih, minyak goreng dan penyedap rasa. Bahan baku tersebut didapatkan dengan melakukan pembelian. Perusahaan melakukan pembelian bahan baku secara kredit.
Sistem akuntansi pembelian bahan baku yang digunakan Perusahaan Kacang Atom GAJAH Semarang melibatkan bagian-bagian yang terkait, yaitu bagian processing, bagian purchasing, bagian gudang dan bagian keuangan.