BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebanyakan orang menganggap bahwa bawang putih hanya dapat digunakan sebagai bumbu dapur saja. Padahal selain untuk penyedap dan pewangi dalam masakan, bawang putih ternyata menyimpan banyak sekali khasiat, terutama di bidang pengobatan, karena pada umbinya mengandung zat-zat yang berkhasiat untuk penyembuhan penyakit. Selain itu, bawang putih juga digunakan sebagai makanan suplemen, yang berguna sebagai penambah tenaga (Abubakar, 2000 www.geocities.com). Dari segi ekonomi, bagi para petani bawang putih, bawang putih merupakan tanaman yang dapat memberikan keuntungan yang besar. Meskipun modal budidayanya relatif tinggi, hasil panen per hektarnya dapat mencapai jutaan rupiah.
Menurut beberapa pustaka, genetika bawang putih berasal dari Eropa Selatan. Penduduk Romawi sudah mengetahui sejak lama dan diantara mereka ada yang membenci karena baunya yang tajam, tetapi para laboratoris dan serdadu Romawi justru memeliharanya secara baik-baik (Santoso, 1989).
Theodor Wertheim, seorang ahli kimia bangsa Jerman, adalah orang pertama yang melakukan studi kimia terhadap bawang putih. Tahun 1844, dia mengekstrak “minyak bawang” dari bawang putih menggunakan destilasi uap. Dari penelitian yang dilakukannya, Theodor Wertheim hanya dapat menemukan suatu bahan alami yang mengandung sulfur yang disebut dengan “allyl”. Setelah Theodor Wertheim, seorang ilmuwan yang bernama Semmler (1892) berhasil mengidentifikasi suatu bahan dari minyak bawang yang disebut dengan “diallyl disulfide”. Dari penelitian yang dilakukan oleh kedua ahli diatas, belum ada yang menemukan suatu bahan yang menyebabkan bau khas pada bawang putih (NN, www. chm. bris. ac. uk).
Menurut Abubakar (2000), dikemukakan bahwa senyawa kimia alamiah yang ikut menentukan bau khas bawang putih adalah allicin, hal ini juga dibuktikan oleh Cavallito, sarjana dari Amerika Serikat. Menurutnya, zat “allicin”dari bawang putih bahkan mampu membunuh mikroba penyebab timbulnya tuberkolusa, difteri, desentri, dan gonorrhoe. Sifat antibakteri pada bawang putih ini sebenarnya sudah lama diamati di Indonesia, yang kebanyakan dipakai sebagai obat sakit tenggorokan akibat infeksi bakteri (Abubakar, 2000, www. geocities. com).
Masih dalam artikel yang sama, bukti baru ditemukan pula oleh Myungchi, seorang sarjana keturunan Cina, bahwa bawang putih mampu meningkatkan konsentrasi HDL (High Density Lipoprotein) dalam darah yang berfungsi menghilangkan kolesterol dari sistem tubuh. Juga ditemukan “allicin” dapat membunuh eryptococus neoforman, jenis jamur yang sering menyebabkan infeksi pada vagina manusia (Abubakar, 2000, www. geocities. com).
Unsur lain yang ditemukan dalam bawang putih yaitu gurwitch rays (sinar gurwitch), merupakan sinar radiasi mitogenetik yang merangsang pertumbuhan sel tubuh dan mempunyai rejuvenating effect (daya peremajaan) pada semua fungsi
tubuh; antihemolytic factor, faktor anti lesu atau anti kekurangan sel-sel darah merah; antiarthritic factor (faktor antirematik); sugar regulating factor, yaitu faktor pengatur pembakaran gula secara normal efisien dalam tubuh; selenium, suatu mikro mineral yang merupakan faktor yang bekerja sebagai antioksidan dan berguna mencegah terbentuknya gumpalan darah (bloodclot; thrombus) yang dapat menyumbat pembuluh jantung dan otak ; scordinin, zat aktif yang mempercepat petumbuhan tubuh ; methylallyl trisulfide, zat pencegah pengentalan darah atau mencegah penggumpalan piringan-piringan yang dapat menyumbat pembuluh darah jantung dan otak.
Dari uraian di atas, peneliti ingin mencoba mengisolasi komponen sulfida pada bawang putih, dengan pertimbangan bahwa bawang putih merupakan bahan yang dapat diperoleh, baik itu di warung-warung sekitar rumah tinggal kita, pasar tradisional, maupun di supermarket.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan:
1. Apakah komponen sulfida pada bawang putih dapat diisolasi menggunakan metode ekstraksi?
2. Apakah komponen sulfida dapat diidentifikasi menggunakan IR dan GC-MS?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengisolasi komponen sulfida pada bawang putih menggunakan metode ekstraksi dengan cara maserasi (perendaman).
2. Mengidentifikasi komponen sulfida menggunakan IR dan GC-MS.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui adanya komponen sulfida dalam bawang putih (Allium sativum) melalui metode ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol p.a dan identifikasi menggunakan IR dan GC-MS.
2. Bagi peneliti, disamping dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh di bangku perkuliahan, juga dapat mengetahui adanya komponen sulfida dalam bawang putih (Allium sativum).
3. Bagi para pembaca, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan tentang bawang putih yang banyak manfaatnya, karena di dalam bawang putih terkandung berbagai zat yang berguna untuk kesehatan.