BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa ayat di dalam Al-Qur’an menunjukkan tanda-tanda akan keagungan dan kekuasaan Allah Swt., di antaranya adalah dari dunia tumbuhan yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. menumbuhkan berbagai
macam tumbuhan yang berasal dari butir biji dan buah-buahan. Biji-biji yang kecil tersebut akan tumbuh menjadi berbagai macam jenis dan buah-buahan dalam segala bentuk, warna, bau dan rasa. Kekuatan Allah Swt. dalam tumbuhtumbuhan terlihat pada modifikasi tumbuhan itu sesuai dengan kondisi lingkungan. Kelompok tumbuhan itu sebagian besarnya adalah tumbuhan penghasilan, seperti kacang, kapas, gandum dan jagung (Pasya, 2004). Kedelai merupakan komoditas pertanian yang cukup penting, karena dapat untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat disamping sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Menurut Rukmana (2000), dalam 100 gr biji kedelai mengandung 31% kalori, 34,9% protein, 18,1% lemak, 34,8% karbohidrat dan 10% air. Kedelai sebagai bahan makanan manusia dapat diolah menjadi tahu, tempe, kecap, taoco, dan minyak nabati.
Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun selalu mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan penduduk. Tetapi kenaikan konsumsi ini tidak dapat diikuti oleh produksi dalam negeri, sehingga harus mengimpor dari luar. Pada tahun 1990 konsumsi kedelai dalam negeri 1,9 juta ton sedangkan produksi hanya mencapai 1,1 juta ton. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya produksi kedelai di Indonesia. Salah satunya yaitu serangan berbagai hama dan penyakit. Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peluang besar terserang hama sejak mulai tumbuh hingga menjelang panen. Lebih dari 100 spesies hama yang dapat menjadi penyebab dalam penurunan hasil panen kedelai di Indonesia (Okada et al., 1988).
Lalat kacang (Ophiomiyia phaseoli) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman kedelai muda di Indonesia, yaitu sejak tanaman muncul di permukaan tanah hingga berumur 1 bulan. Serangan Ophiomyia phaseoli mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, kerdil, dan mati. Hasil survei Biro Statistik (dalam Djuwarso,1992) tahun 1991-1993, dinyatakan bahwa tingkat serangan Ophiomyia phaseoli di berbagai daerah di Jawa Timur dapat mencapai 10,8%-23%.
Serangan lalat kacang pada kulit batang dapat menyebabkan kematian tanaman kedelai, yang dapat terjadi sejak tanaman berumur 14 sampai 30 HST. Serangan larva yang berasal dari telur diletakkan imago pada saat tanaman berumur 14 sampai 30 HST (Tengkano dan Sutarno, 1978; Tengkano dan Supadmo, 1983). Kematian tanaman selain dipengaruhi oleh fase pertumbuhan, juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, varietas, dan populasi larva per batang. Hastuti (1984) melaporkan bahwa serangan seekor larva yang berasal dari telur yang diletakkan pada tanaman berumur 6 HST tidak menyebabkan kematian tanaman. Serangan larva yang berasal dari telur yang diletakkan di daun tunggal dan di kotiledon pada 6 HST maupun 8 HST tidak menunjukkan perbedaan tingkat kematian tanaman. Sebaliknya, meningkatnya populasi (telur larva) per batang pada 6 HST maupun 8 HST meningkatkan pula tingkat kematian tanaman kedelai (Pabbage, 1988).
Insektisida nabati memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Di alam, Insektisida nabati memiliki sifat yang tidak stabil sehingga memungkinkan dapat didegradasi secara alami (Arnason et al., 1993; Isman, 1995). Selain dampak negatif yang ditimbulkan pestisida sintetik seperti resistensi, resurgensi dan terbunuhnya jasad bukan sasaran (Metcalf dalam Syahputra, 2001), dewasa ini harga pestisida sintetik relatif mahal dan terkadang sulit untuk memperolehnya. Di sisi lain ketergantungan petani akan penggunaan insektisida cukup tinggi. Hal ini menyebabkan orang terus mencari pestisida yang aman terhadap lingkungan serta mudah memperolehnya. Cara alternatif yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan tumbuhan yang memiliki sifat insektisida