BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum-kurikulum yang disusun secara nasional ternyata mengalami banyak kendala dan dirasakan kurang mampu menyentuh permasalahan dan kenyataan pendidikan yang berada di sekolah dan masyarakat kalangan bawah. Hal ini disebabkan apa yang dipikirkan oleh pemerintah pusat belum sepenuhnya sesuai dengan karakteristik, kondisi, dan potensi daerah, sekolah, masyarakat, dan siswa. Sehingga apa yang ada dalam kurikulum sering kali tidak dapat diimplementasikan dengan baik di sekolah. Hal inilah yang mendasari munculnya kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
KTSP merupakan kurikulum yang dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan, tidak sedikit pihak yang pro dan kontra terhadap KTSP. Lepas dari beragamnya tanggapan tersebut, KTSP diharapkan membawa perbaikan di dunia pendidikan. Terdapat sekurang-kurangnya empat perbedaan dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Dalam KTSP seperti halnya KBK, belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman terhadap suatu konsep, sehingga dalam proses pembelajaran siswa merupakan sentral kegiatan. Guru hanya menciptakan suasana yang dapat mendorong timbulnya motivasi belajar pada siswa. Namun kenyataannya dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, kegiatan guru lebih dominan dari pada kegiatan siswa dan pembelajaran yang berlangsung cenderung bersifat klasikal. Yakni guru berdiri didepan kelas, sedangkan siswa duduk rapi di tempat masing-masing. Pada sistem pembelajaran seperti ini, sistem komunikasi yang terjadi cenderung satu arah yaitu guru aktif menerangkan, memberi contoh, menyajikan soal atau bertanya. Sedangkan siswa duduk mendengarkan, menjawab pertanyaan atau mencatat materi yang disajikan guru, sehingga akan terjadi pembelajaran yang monoton dan kreativitas siswa tidak bisa berkembang dengan baik.
Salah satu alternatif agar pembelajaran matematika tidak monoton dan berlangsung multiarah adalah dengan menerapkan metode inkuiri bersifat open ended melalui diskusi kelompok kecil. Metode inkuiri merupakan salah satu metode pengajaran yang digunakan dalam kurikulum 2006, karena variatif dan menyenangkan. Gulo (2005:84) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Dalam hal ini peranan guru sangat menentukan, karena guru selain sebagai pemberi informasi guru juga sebagai motivator, fasilitator dan 3 pengarah. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri yang terbentuk adalah inkuiri dengan bimbingan dari guru.
Agar siswa mencapai kompetensi dasar yaitu menghitung luas bangun segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah maka salah satu cara yang digunakan oleh guru adalah dengan menyusun pertanyaan yang bersifat open ended. Pertanyaan-pertanyaan open ended adalah masalah yang biasanya diberikan pada siswa untuk membuat suatu keputusan (Soedjoko, 2004). Masalah open ended bisa bersifat divergen atau konvergen. Bersifat divergen jika suatu masalah memiliki banyak solusi dan berbagai cara mengerjakan. Dalam penelitian ini, masalah open ended bersifat konvergen yaitu memiliki banyak cara mengerjakan tetapi hanya memiliki satu solusi. Jadi Inkuiri dapat bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari masing-masing siswa dengan argumen yang benar.
Dalam penelitian ini menggunakan metode inkuiri bersifat open ended di mana peneliti yang bertindak sebagai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri rumus-rumus dan cara penyelesaian masalah matematika dengan bimbingan dari guru.
Dalam rangka pembaharuan pendidikan, hendaknya guru mampu melibatkan siswanya secara aktif dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas dan berpikir pada siswa yang dapat memperkuat motivasi. Selain itu guru juga harus mampu mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif dan melaksanakan sistem penilaian berkelanjutan. Prinsip penilaian berkelanjutan dilakukan dengan proses semua indikator dibuat butir soalnya, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan