ABSTRAK
Pelayanan di perguruan tinggi adalah suatu bentuk pengabdian dan bukanlah usaha untuk menjual produk demi tercapainya laba. Begitu pula yang terjadi di UNNES. Banyak terjadi keluhan dari pengguna jasa pelayanan pegawai TU UNNES sehubungan dengan praktik pelayannya. Keluhan–keluhan civitas akademia diantaranya dapat dilihat pada buletin EXPRESS Volume 5 no 30, Vol 6 No 1,2,3 tauhn 2008. Buruknya pelayanan pegawai TU UNNES diduga karena kepribadian melayani pegawai TU-nya rendah.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Responden dalam penelitian ini adalah pegawai TU UNNES, dengan masa kerja 5 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling untuk menyesuaikan dengan kebijakan birokrasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 125 pegawai TU UNNES yang berposisi di BAAK, BAUK, BAPSI, LEMLIT, LP3, LPM, UPT Perpustakaan, UPT Komputer, TU (FIP,FBS,FIS,FMIPA,FT,FIK,FE,FH, Pasca sarjana).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepribadian melayani yang dibuat oleh peneliti. Setelah melalui tryout skala, diperoleh 68 item valid dari 108 item dengan validitas minimal sebesar 0,361 dan maksimal 0,746. Reliabilitas skala kepribadian melayani sebesar 0,949. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan persentase dan tabel.
Hasil penelitian menunjukkan aspek–aspek kepribadian melayani pegawai TU UNNES berada dalam kategori tinggi dimana rata – rata pegawai TU memiliki Daya tangkap sebesar 76,6%, Empati sebesar 76,1%, Kesopanan sebesar 77,6%, Kredibilitas sebesar 76%, Agreeableness sebesar 67,9%, Keterbukaan pada hal – hal baru sebesar 77,1%, Realistis sebesar 76,5%, berpikir sistematis sebesar 74,7% dan kesetiaan sebesar 76,2%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepribadian melayani pegawai TU UNNES dalam kategori tinggi yaitu sebesar 75,4%. Dengan demikian sangat dimungkinkan keluhan–keluhan pengguna jasa diakibatkan pembatasan–pembatasan sistem yang birokratis dan UNNES disarankan untuk mulai meninggalkan sistem birokratis konvensional menjadi entrepreneural beureucracy system.