BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, serta sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar Kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi (Depdiknas 2005:1). Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tertulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas 2005:2).
Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca dan mungkin ditambah keterampilan menyimak, menulis, dan berbicara yang masing-masing erat hubungannya. Di samping manfaat untuk membantu keterampilan berbahasa, sastra juga berguna untuk meningkatkan pengetahuan budaya. Dalam hal ini sastra mengandung suatu pengertian yang luas. Dengan berbagai cara kita dapat menguraikan dan menyerap pengetahuan semacam itu dalam karya sastra. Suatu bentuk pengetahuan khusus yang harus selalu dipupuk dalam masyarakat adalah pengetahuan tentang budaya yang dimilikinya. Karya sastra juga bermanfaat mengembangkan cipta dan rasa. Kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indera, bersifat penalaran, sosial, religius, dan juga dapat bermanfaat untuk menunjang pembentukan watak.
Berdasarkan hal tersebut, nilai pengajaran sastra memiliki dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak, yaitu bahwa pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam dan mampu memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang meliputi ketekunan, kepandaian, pengimajian dan penciptaan.
Jam pelajaran sastra sangat terbatas, padahal untuk membaca dan memahami sebuah karya sastra, misalnya naskah drama memerlukan waktu yang cukup lama. Hal tersebut tentu dapat mempengaruhi hasil dan nilai yang dicapai siswa. Oleh karena itu, guru dituntut berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Masalah yang dihadapai sekarang adalah bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan. Sementara banyak siswa yang merasa takut terhadap pengajaran sastra karena mereka beranggapan bahwa pengajaran sastra merupakan pelajaran yang sulit , sehingga siswa kurang termotivasi untuk mempelajarinya.
Karya sastra terdiri atas tiga bentuk yaitu puisi, prosa, dan drama. Salah satu bentuk karya sastra tersebut yang diajarkan di sekolah adalah karya drama. Dalam pembelajaran drama siswa diharapkan dapat mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur intrinsik teks drama yang terdiri atas tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar (setting), gaya bahasa, amanat.
Selama ini kemampuan memahami karya sastra yang dilakukan siswa pada umumnya hanya berfungsi sebagai hiburan saja. Siswa belum memikirkan cara untuk dapat mengerti dan memahami nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra yang dibaca. Dengan kata lain, manfaat dan kenikmatan karya sastra yang dihadapi menjadi berkurang. Malah sering siswa tidak mendapatkan apa-apa dari karya sastra yang sudah dibaca maupun yang didengar.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru Bahasa Indonesia kelas VIII di SMP N 03 Ungaran, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik teks drama masih kurang. Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya minat siswa dalam belajar sastra. Dunia sastra bagi siswa masih menjadi dunia asing dan hanya dimasuki oleh orang-orang tertentu, serta merupakan dunia yang sulit dijamah dan didalami. Kesulitan-kesulitan lain yang dihadapi oleh siswa antara lain siswa merasa terbebani, mengeluh dan sulit memahami isi dalam menganalisis unsur-unsur drama. Kesulitan tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan siswa siswa ataupun pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, ditempuhlah berbagai upaya serta digunakanlah berbagai komponen sistem pengajaran. Salah satu komponen sistem itu adalah metode belajar. Ada kalanya seorang pengajar dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu perlu menerapkan metode belajar yang menarik atau tidak membosankan, menantang dan membuat siwa bersemangat mengikuti pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik, dan pada suatu saat dapat juga untuk mengatasi kekurangan pengajar dalam hal-hal tertentu.
Tidak keliru jika dinyatakan bahwa guru pengampu bahasa dan sastra adalah sosok yang paling menentukan bagi terselenggarannya proses pembelajaran sastra yang baik. Supaya dapat berperan sebagai guru bahasa dan sastra Indonesia yang baik hendaknya memenuhi syarat-syarat keprofesionalan yaitu menghasilkan siswa yang dapat memahami sastra secara memadai. Dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik teks drama tidak ada satupun metode belajar yang tepat dan jitu karena setiap metode selalu ada kekurangan dan kelebihannya. Guru yang profesional hanya akan memilih srategi mengajar dan metode belajar yang lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan, materi, tujuan serta jenis kegiatan belajar siswa.
Sesuai dengan kurikulum pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk siswa SMP kelas VIII, kompetensi dasar menganalisis unsur intrinsik teks drama hanya dua jam pelajaran. Alokasi waktu tersebut sangat terbatas, dengan demikian guru harus bisa mensiasati bagaimana yang harus dilakukan agar semua aspek tercapai sesuai target. Guru juga harus mampu menciptakan dan merangsang siswa untuk tertarik dengan dengan naskah drama yang dibacanya serta termotivasi untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik teks drama tersebut. Bagi guru, modal dasar dalam proses belajar mengajar adalah menumbuhkan keinginan siswa untuk tertarik dan simpati terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat memberi sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata yang cukup sulit dipecahkan dalam masyarakat. Pembelajaran analisis unsur intrinsik teks drama dapat lebih bermakna dan siswa mudah untuk memahami isi serta mudah mengambil nilai budi pekerti yang ada dalam naskah drama, proses belajar mengajar perlu dilakukan pada situasi alami, dengan mengutamakan peran guru sebagai penggerak dalam proses belajar, serta mendukung siswa belajar dari pengalamannya. Hal itulah dalam pembelajaran perlu adanya pendekatan yang menitikberatkan pada alasan di atas.
Atas dasar hal tersebut, peneliti mencoba membahas masalah “Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa Kelas VIII-G SMP Negeri 03 Ungaran Tahun Pelajaran 2007/2008” sebagai judul skripsi. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran untuk menunjang keberhasilan pembelajaran sastra khususnya menganalisis unsur intrinsik teks drama.
1.2 Identifikasi masalah
Kegiatan analisis sastra erat hubungannya dengan interaksi atau hubungan langsung dengan teks yang dibacanya. Berdasarkan hal tersebut banyak siswa yang belum dapat menganalisis unsur intrinsik teks drama dengan baik dan benar. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu masih rendahnya kompetensi siswa kelas VIII-G SMP Negeri 03 Ungaran dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik teks drama. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari guru, faktor dari siswa, serta faktor dari sekolah sebagai penyelenggara pendidikan.
Faktor dari guru yang mempengaruhi rendahnya kompetensi siswa dalam menganalisis unsur intrinsik teks drama antara lain karena guru belum menggunakan strategi mengajar ataupun menerapkan metode belajar yang tepat untuk membelajarkan materi menganalisis unsur intrinsik teks drama. Faktor dari siswa antara lain karena kurangnya minat siswa untuk belajar sastra khususnya memahami dan menganalisis naskah drama. Siswa belum tahu betapa pentingnya pembelajaran tersebut bagi perkembangan kepribadian mereka maupun bagi perkembangan kemampuan bersastra yang mereka miliki dan bahwa menekuni dunia sastra dapat menjadi sesuatu yang sangat menarik. Dunia sastra masih menjadi dunia yang aneh bagi siswa. Hal tersebut terlihat dari kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran sastra khususnya ketika pembelajaran menganalisis unsur intrinsik teks drama berlangsung. Selain itu, siswa lebih tertarik menikmati pertunjukkan drama secara langsung dibanding harus membaca dan memahami suatu teks atau naskah drama. Faktor dari sekolah antara lain kurangnya perhatian pihak sekolah untuk melengkapi fasilitas perpustakaan dengan buku-buku pembelajaran drama serta buku-buku tentang analisis drama yang bermutu dan sesuai untuk siswa SMP. Hal tersebut berpengaruh langsung pada kurangnya motivasi siswa selama pembelajaran berlangsung, dan akhirnya berpengaruh pula terhadap hasil belajar mereka. Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu dihadirkan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat belajar dan mampu membantu siswa dalam menguasai kompetensi kesastraan, tidak terkecuali untuk pembelajaran menganalisis unsur intrinsik teks drama.
Penggunaan metode pembelajaran menganalisis unsur intrinsik teks drama yang tidak tepat dapat menjadikan siswa kurang bersemangat selama proses pembelajaran, dan merasa sulit menemukan ide. Apalagi jika hal tersebut didukung dengan kurangnya pengetahuan siswa akan kaidah analisis teks drama yang benar, pembelajaran analisis unsur intrinsik teks drama dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak menarik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik teks drama.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa hasil penelitian mengenai pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif mempunyai keunggulan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibanding dengan individu atau kompetitif (Eni Kurniawati, 2005:4). Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan dan konsep. Dengan keterampilan mengaplikasikan tersebut, diharapkan siswa dapat berbagi pengetahuan kepada siswa yang membutuhkan dan setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya. Dengan demikian pembelajaran kooperatif dapat saling menguntungkan antar siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah think-pair-share. Tipe pembelajaran think-pair-share memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain, sehingga partisipasi siswa lebih optimal. Meskipun dalam model ini siswa lebih aktif, namun guru tetap mengawasi kelas untuk memberikan semangat dorongan belajar dan memberikan bimbingan secara individu maupun kelompok. Penerapan model pembelajaran think-pair-share akan menambah variasi model pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan, melibatkan siswa, meningkatkan aktivitas, dan kerja sama. Pada pembelajaran think-pair-share para siswa secara individu membangun kepercayaan diri sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas dan takut yang sering dialami siswa.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, banyak permasalahan yang harus dipecahkan berkaitan dengan pembelajaran analisis unsur intrinsik teks drama di sekolah. Mengingat terbatasnya waktu, tenaga dan pikiran, peneliti membatasi permasalahan pada kurangnya kemampuan menganalisis unsur intrinsik teks drama siswa kelas VIII-G SMP Negeri 03 Ungaran yang disebabkan oleh kurang tepatnya metode pembelajaran yang dilakukan guru.
Dalam hal ini penelitian yang dilakukan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik teks drama. Pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil dan memberikan waktu pada siswa untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, siswa dapat bertukar pikiran dengan pasangannya tentang unsur-unsur intrinsik teks drama yang telah dibaca sebelumnya. Setelah itu akan dipresentasikan dan dibahas secara bersama-sama dengan seluruh kelompok kecil yang ada di kelas.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimana peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik teks drama dengan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share siswa kelas VIII-G SMP Negeri 03 Ungaran?
2. Bagaimana perubahan perilaku belajar siswa kelas VIII-G SMP Negeri 03 Ungaran setelah mengikuti pembelajaran menganalisis unsur intrinsik teks drama dengan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik teks drama siswa kelas VIII-G SMP Negeri 03 Ungaran setelah diberi pembelajaran kooperatif tipe think –pair-share.
2. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VIII-G SMP Negeri 03 Ungaran dalam mengikuti proses pembelajaran menganalisis unsur intrinsik teks drama melalui pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat, khususnya bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti lain.
1. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini siswa diharapkan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan lebih menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat belajar dan keterampilan mereka dalam menganalisis unsur intrinsik naskah drama, serta dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menghayati peran jika naskah tersebut dipentaskan.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya lebih memudahkan guru dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik teks drama melalui pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan sekolah terutama dalam proses pembelajaran.
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding terutama dalam hal bagaimana cara meningkatkan keterampilan menganalisis unsur intrinsik teks drama melalui pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share agar lebih mudah, menyenangkan, dan variatif, serta dapat juga digunakan sebagai bahan rujukan.