BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika pada hakikatnya merupakan sistem aksiomatis deduktif formal. Sebagai suatu sistem aksiomatis, matematika memuat komponen-komponen dan aturan komposisi atau pengerjaan yang dapat menjalin hubungan secara fungsional antar komponen. Matematika dapat berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menemukan, dan menggunakan rumus matematika dalam kehidupan sehari-hari melalui pemakaian pengukuran, geometri, trigonometri, serta aljabar. Dalam panduan standar kompetensi mata pelajaran matematika yang diterbitkan Depdiknas, dijelaskan bahwa matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut.
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, serta inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003:2).
Kurikulum pendidikan di Indonesia seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perubahan yang bertujuan untuk menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan zaman. Saat ini pendidikan di Indonesia dapat dikatakan belum berhasil apabila dibandingkan dengan pendidikan di negara-negara lain. Di negara-negara maju seperti di Belanda dan Amerika Serikat telah dikembangkan pembelajaran kontekstual yang berupaya mengintegrasikan ide-ide matematika ke dalam konteks kehidupan nyata. Di Belanda berkembang pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) yang telah berhasil, sedangkan di Amerika Serikat berkembang pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Di Indonesia pembelajaran matematika juga mulai menggunakan pembelajaran kontekstual sejak diberlakukannya kurikulum 2004 yang dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus aktif untuk mencari, mengolah, dan menemukan dengan bimbingan proporsional dari guru dalam menemukan suatu konsep.
Matematika yang diajarkan di sekolah terdiri atas geometri, aljabar, peluang, statistik, kalkulus, dan trigonometri. Dalam mempelajari geometri peserta didik terkadang mengalami kesulitan ketika harus mempelajari objek yang bersifat abstrak, mengingat peserta didik masih dalam tahap belajar