ABSTRAK
Kehadiran anak tuna rungu dalam keluarga seringkali tidak diharapkan oleh orang tua. Orang tua akan mengharapkan memiliki anak yang sempurna dan dapat dibanggakan. Keadaan ini menyebabkan adanya kesenjangan antara kenyataan dan harapan orang tua. Sikap menerima atau menolak orang tua terhadap anak tuna rungu mempengaruhi perkembangan sosial, salah satunya yaitu penyesuaian diri di sekolah. Perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran penerimaan orang tua terhadap anak tuna rungu,bagaimanakah gambaran penyesuaian diri anak tuna rungu di sekolah, apakah ada pengaruh penerimaan orang tua terhadap penyesuaian diri anak tuna rungu di sekolah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerimaan orang tua terhadap anak tuna rungu, untuk mengetahui penyesuaian diri anak tuna rungu di sekolah dan untuk mengetahui pengaruh penerimaan orang tua terhadap penyesuaian diri anak tuna rungu di sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan jumlah anggota populasi 40 subjek, yaitu orang tua dan anak SD kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6) pada SLB "B" Widya Bhakti Semarang dan SLB "B" YRTRW Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi atau studi populasi, yang melibatkan seluruh anggota populasi untuk menjadi subjek penelitian. Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologis penerimaan orang tua dan skala psikologis penyesuaian diri anak tuna rungu di sekolah. Uji validitas instrument menggunakan rumus product moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana.
Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh antara penerimaan orang tua dengan penyesuaian diri anak tuna rungu di sekolah dengan koefisien korelasi sebesar 0,559 dan probabilitas 0,000 (p < 0,01)serta mempunyai koefisien determinasinya (R square) sebesar 0,313. Artinya 31,3% variabel penerimaan
orang tua mempunyai sumbangan terhadap variabel penyesuaian diri anak tuna rungu di sekolah, sedangkan sisanya 68,7% dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil perolehan gambaran deskriptif penerimaan orang tua terhadap anak tuna rungu tergolong dalam kategori tinggi dengan mean sebesar 78,6413 dengan distribusi frekuensi diketahui 70% penerimaan orang tua terhadap anak tuna rungu tergolong dalam kategori tinggi, 20% tergolong sangat tinggi dan 10% tergolong dalam kategori sedang hasil perolehan gambaran penyesuaian diri anak tuna rungu di sekolah tergolong dalam kategori tinggi dengan mean sebesar 77,7047, dengan distribusi frekuensi diketahui 60% anak tuna rungu tergolong dalam kategori tinggi, 25% tergolong sangat tinggi dan 15% tergolong dalam kategori sedang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan saran sebagai berikut : (1) orang tua hendaknya dapat bersikap realistis terhadap kecacatan anaknya sehingga lebih sabar dalam menghadapi anaknya yang tuna rungu, (2) anak tuna rungu yang telah mampu melakukan penyesuaian diri di sekolah secara maksimal, hendaknya dapat mempertahankan dan mengembangkannya, agar anak dapat berinteraksi, baik di lingkungan sekolah atau di lingkungan sekitarnya. Sedangkan bagi anak tuna rungu yang belum dapat melakukan penyesuaian diri di sekolah hendaknya tetap menerima kekurangan yang ada pada dirinya secara apa adanya, (3) Guru hendaknya dapat memahami kebutuhan akademis dan kebutuhan psikologis anak serta memberikan wawasan kepada orang tua tentang pentingnya penerimaan orang tua yang memiliki anak tuna rungu dalam proses penyesuaian diri di sekolah, (4) bagi peneliti, yang hendak mengembangkan penelitian yang sejenis, dengan tetap menggunakan perspektif psikologi.