BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah usaha sadar seseorang dalam mewujudkan berbagai potensi yang ada. Dengan adanya pendidikan manusia menjadi mulia di muka bumi ini. Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik. Karena pendidikan merupakan proses untuk mewujudkan berbagai prilaku yang baik.
Sebagai mana dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 di nyatakan bahwa: Pendidikan adalah .usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Masalah pendidikan diatur oleh undang-undang di atas. Di mana dengan pendidikan seseorang melakukan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Membentuk manusia berakhlak mulia dan bermanfaat untuk kehidupan masyarakat.
Selain itu dengan terbentuknya lingkungan keluarga segala kebutuhan anak terpenuhi. Sehingga terbentuk keluarga yang harmonis sesuai tujuan perkawinan. Sebagai mana tertera dalam undang-undang perkawinan di bawah ini: Keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya suatu perkawinan. Menurut pasal 1 Undang-Undang perkawinan Nomor 1 tahun 1974, menjelaskan bahwa .perkawinan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Semua manusia ketika melakukan perkawinan mendambakan dapat membentuk keluarga. Di mana mendambakan keluarga yang sejahtera di dunia dan akhirat.. Ikatan dalam keluarga didasarkan cinta kasih sayang orang tua kepada anakanaknya. Sehingga orang tua selalu memberikan bimbingan dan pertolongan kepada anak-anaknya.
Menurut Alisuf Sabri bahwa: .Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar cinta kasih sayang kodrati, rasa kasih sayang yang murni, yaitu rasa cinta kasih sayang seorang tua terhadap anak-nya. Rasa kasih sayang inilah yang menjadi sumber kekuatan serta menjadi pendorong orang tua untuk tidak jemu-jemunya membimbing dan memberikan pertolongan yang dibutuhkan anak-anaknya. Jadi dapat dikatakan bahwa, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalkan kepada anak. Seorang anak mengenal kehidupan sosial pertama-tama di dalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya menyebabkan anak menyadari akan dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai individu dia harus memenuhi segala kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Sebagai makhluk sosial ia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama. Melalui orang tua anak belajar tolong menolong, mengenal adat istiadat, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Dengan demikian lingkungan keluarga sangat penting untuk perkembangan anak. Di mana orang tua harus memperhatikan segala kebutuhan anak. Orang tua harus memberikan nafkah yang cukup, mengetahui perkembangan anak dan adanya interaksi yang baik. Seperti pernyatan sosiolog di bawah ini.
Menurut Abu Ahmadi bahwa:
Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak di kemukakan sebagai berikut: keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anaknya, misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup, menyebabkan lingkungan materiil yang dihadapi oleh anak di dalam keluarganya akan lebih luas, sehingga ia dapat kesempatan yang luas di dalam memperkenalkan bermacam-macam kecakapan, yang mana kecakapan-kecakapan tersebut tidak mungkin dapat dikembangkan kalau tidak ada alat-alatnya. Selain itu salah satu faktor utama yang lain yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ialah faktor keutuhan keluarga. Yang dimaksud dengan faktor keutuhan keluarga terutama ditekankan kepada strukturnya yaitu keluarga yang masih lengkap, ada ayah, ibu, dan anak. Di samping keutuhan keluarga yang terbentuk struktur-struktur tersebut diperlukan keutuhan interaksi hubungan antara anggota satu dengan anggota keluarga yang lain, dan faktor peranan keluarga terhadap perkembangan sosial anak-anak tidak hanya terbatas kepada situasi sosial ekonominya, atau kebutuhan struktur dan interaksinya, tetapi cara-cara dan sikapsikap dalam pergaulannya memegang peranan penting di dalam perkembangan sosial anak-anak mereka. Jadi misalnya orang tua yang selalu bersikap otoriter, yaitu memaksakan kehendak kepada anak-anak mereka, maka anak-anak akan berkembang menjadi manusia pasif, tak berinisiatif, kurang percaya kepada diri sendiri, bersifat ragu-ragu, rasa takut dan sebagainya.
Banyak faktor yang menjadikan seseorang dapat mengembangkan berbagai potensi diri. Orang tua adalah orang pertama dalam memberikan dukungan kepada anaknya, dukungan itu bisa berupa materi ataupun non materi. Dengan adanya materi kebutuhan materi anak bisa terpenuhi, serta perhatian orang tua dapat menjadikan anak dari segi psikologis menjadi semangat mengembangkan potensinya.
Dengan demikian dukungan orang tua berupa materi dan non materi harus seimbang. Karena dengan adanya keseimbangan maka anak akan berkembang secara wajar. Interaksi orang tua dan anak harus selalu berjalan baik. Selain interaksi, kebutuhan materi juga harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Gerungan: Menurut Gerungan bahwa, hubungan orang tua dengan anaknya dalam status sosial-ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya apabila ia tidak disulitkan dengan perkara kebutuhan-kebutuhan primer kehidupan manusia. Kiranya hal ini dapat dianggap benar secara umumnya, tentulah status sosial-ekonomi ini tidak merupakan faktor mutlak dalam perkembangan sosial, sebab hal ini tergantung kepada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi di dalam keluarga itu. Walaupun status sosial-ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka tidak memperhatikan didikan anaknya atau senantiasa bercekcok, hal ini juga tidak menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya. Pada akhirnya, perkembangan sosial anak itu turut di tentukan pula oleh sikap-sikap anak sendiri terhadap keadaan keluarganya. Mungkin sekali status sosial ekonomi orang tua mencukupi, serta corak interaksi sosial di rumah pun tidak kekurangan, namun anak itu berkembang tidak wajar. Perkembangan sosial memang ditentukan oleh saling pengaruh dari banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya, sehingga tidak mudah menentukan manakah yang menyebabkan kesulitan dalam perkembangan sosial seseorang, yang pada suatu saat mengalami kegagalan.
Keadaan ekonomi memadai maka orang tua dapat memenuhi segala keperluan yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka. Seperti dalam masalah pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Dengan demikian anak-anak juga merasa segala kemampuan yang dimiliki tersalurkan dengan baik. Hal ini karena tersedianya alat-alat bagi perkembangan mereka. Selain itu komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan mempengaruhi perkembangan atau prestasinya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh peneliti Jerman: Peneliti Jerman Prestel, telah membandingkan prestasi anak-anak sekolah kelas pertama dari beberapa sekolah dasar di Jerman Barat. Ia menghitung angka ratarata rapor kelas pertama dari anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang status sosial-ekonominya rendah, dibandingkan dengan angka rata-rata rapor kelas pertama anak-anak yang berasal dari keluarga yang statusnya agak tinggi. Yang menjadi kriterium rendah tingginya status sosial-ekonomi dalam percobaan ini antara lain ialah macam dan tempat rumahnya, penghasilan keluarga, dan beberapa kriterium lainnya mengenai kesejahteraan keluarga. Sebagai hasil dari percobaan ini dikemukakan bahwa prestasi anak-anak dari keluarga yang rendah status sosial-ekonominya pada akhir kelas pertama lebih tinggi daripada prestasi anak-anak dari keluarga yang status sosial ekonominya mencukupi.
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti tersebut dapat disimpulkan bahwa rupanya latar belakang sosial-ekonomi yang sangat tinggi, di mana anak-anak sudah biasa hidup mewah sekali dan cenderung dimanja-manja oleh lingkungan sosialnya akan menghambat prestasi belajarnya. Hal ini mempunyai pengaruh negative terhadap perkembangan sosial anak-anak tersebut. Serta keadaan keluarga yang rendah status sosial-ekonominya malah mendapat prestasi tinggi. Hal ini dikarenakan anak dari keluarga status sosialnya rendah sudah terbiasa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cepat.