ABSTRAK
Daun mangga dapat digunakan sebagai pewarna tekstil khususnya yang berasal dari serat protein, misalnya serat sutera, karena kain ini memiliki daya serap yang cukup tinggi. Agar warna dapat terserap dengan baik diperlukan proses mordanting. Dari kenyataan tersebut peneliti tertarik mengkaji permasalahan: Apakah ada pengaruh perbedaan waktu mordan tawas selama 8 jam, 12 jam dan 16 jam terhadap ketuaan warna dan kekuatan tarik kain sutera dalam proses pewarnaan daun mangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh perbedaan waktu mordan tawas selama 8 jam, 12 jam dan 16 jam terhadap ketuaan warna dan kekuatan tarik kain sutera dalam proses pewarnaan daun mangga.
Obyek dalam penelitian ini adalah daun mangga, kain sutera dan tawas. Variabel dalam penelitian ini adalah lama waktu mordan tawas 8 jam, 12 jam, dan 16 jam dalam proses pewarnaan kain sutera, ketuaan warna dan kekuatan tarik kain sutera sebagai variabel terikat dan konsentrasi pemakaian daun mangga 1 kg/10 l, konsentrasi pada tahap pembasahan (TRO) 1 g/l dengan suhu kamar selama 5 menit, konsentrasi pada tahap mordanting tawas 50g/l dan alat pencelupan sebagai variabel kontrol. Pengumpulan data menggunakan metode eksperimen. Analisis data menggunakan analisis varian dilanjutkan uji tukey.
Berdasarkan hasil analisis varian menunjukkan bahwa ada pengaruh perbedaan waktu mordan tawas selama 8 jam, 12 jam dan 16 jam terhadap ketuaan warna kain sutera dalam proses pewarnaan daun mangga ditunjukkan dari hasil uji F yang memperoleh Fhitung = 14,338 dengan signifikansi 0,001<0,05. Tidak ada pengaruh perbedaan waktu mordan tawas selama 8 jam, 12 jam dan 16 jam terhadap kekuatan tarik (arah lusi dan arah pakan) kain sutera dalam proses pewarnaan daun mangga ditunjukkan dari hasil uji F yang memperoleh Fhitung = 0,203 dan 2,009 dengan signifikansi 0,819 dan 0,177 lebih besar dari 0,05. Hasil uji tukey menunjukkan bahwa lama waktu mordan tawas yang menghasilkan ketuaan warna yang optimal adalah minimal 12 jam.
Mengacu hasil penelitian tersebut, maka disarankan: 1) Produsen busana pesta anak dari serat sutera dapat menggunakan pewarna alami dari daun mangga yang mempunyai sifat ramah lingkungan, dan 2) Untuk peneliti lain, dapat melakukan penelitian yang serupa dengan menambah variasi bahan lain, baik dari jenis zat pewarna alam (kayu, daun, buah, pohon, dan akar) maupun konsentrasi mordannya.