ABSTRAK
Pekalongan merupakan salah satu penghasil batik di Indonesia. Batik sebagai bahan sandang sudah mulai membudaya di kalangan masyarakat. Ketahanan luntur warna batik sangat penting ditinjau dari kepentingan konsumen. Batik cap produksi Griya Batik Larissa banyak diminati konsumen karena harganya yang relatif lebih murah dan dimungkinkan ketahanan luntur warna yang tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbul permasalahan yaitu bagaimanakah kualitas ketahanan luntur warna batik cap di griya batik Larissa Pekalongan terhadap pencucian, gosokan, keringat dan panas penyetrikaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tahan luntur warna batik cap terhadap pencucian, gosokan, keringat dan panas penyetrikaan di griya batik Larissa Pekalongan. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah memberi gambaran kepada masyarakat mengenai kualitas tahan luntur warna batik cap di griya batik Larissa Pekalongan.
Penelitian ini adalah eksperimen murni tentang tahan luntur warna batik cap dari bahan sutera, mori primisima dan shantung. Variabel penelitian berupa variabel tunggal yaitu kualitas tahan luntur warna batik cap. Data dikumpulkan melalui hasil pengujian laboratorium untuk mengukur tahan luntur warna terhadap pencucian dengan alat launderometer, tahan luntur warna terhadap keringat dengan American Association of Textile Chemists and Colourists (AATCC) perspiration tester, tahan luntur warna terhadap gosokan dengan alat crockmeter dan tahan luntur warna terhadap panas penyetrikaan dengan setrika listrik yang berpedoman pada standar pengujian dari Standar Industri Indonesia. Teknik untuk analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji Kruskall Wallis kemudian dilanjutkan dengan uji U Mann Whitney.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kualitas tahan luntur warna batik cap terhadap pencucian, gosokan, keringat dan panas penyetrikaan di griya batik Larissa mempunyai nilai baik. Hasil uji Kruskall Wallis pada tahan luntur warna batik cap terhadap pencucian diperoleh nilai χ2 hitung = 17 dengan p value (0,000 < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari ketiga jenis kain, sedangkan penodaan warna terhadap kapas karena pencucian dari hasil uji Kruskall Wallis diperoleh nilai χ2 hitung = 17 dengan p value (0,000 < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan dan hasil penodaan warna terhadap sutera diperoleh nilai χ2 hitung = 0,000 dengan p value (1,000 > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dari ketiga jenis kain tersebut. Hasil analisis tahan luntur warna batik cap terhadap gosokan pada penodaan warna terhadap kapas kering menunjukkan χ2 hitung = 17 dengan p value (0,000 < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Penodaan warna terhadap kapas basah karena gosokan menunjukkan χ2 hitung = 17 dengan p value (0,000 < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Hasil uji Kruskall Wallis pada tahan luntur warna batik cap terhadap keringat diperoleh nilai χ2 hitung = 17 dengan p value (0,000 < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada ketiga jenis kain tersebut. Penodaan warna terhadap kapas karena keringat pada uji Kruskall Wallis diperoleh nilai χ2 hitung = 9,955 dengan p value (0,007 < 0,05)yang berarti ada perbedaan yang signifikan dan hasil penodaan warna terhadap sutera menunjukkan χ2 hitung = 17 dengan p value (0,000 < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Hasil analisis tahan luntur warna batik cap karena panas penyetrikaan menunjukkan χ2 hitung = 0,000 dengan p value (1,000 > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada perubahan warnanya. Hasil penodaan warna terhadap kapas kering menunjukkan χ2 hitung = 0,000 dengan p value (1,000 > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada ketiga jenis kain tersebut.
Simpulan dari penelitian ini adalah kualitas tahan luntur warna batik cap terhadap pencucian, keringat, gosokan dan panas penyetrikaan di griya batik Larissa Pekalongan termasuk dalam kategori baik. Saran dalam penelitian ini adalah : 1) Griya batik Larissa perlu meningkatkan kualitas produknya, 2) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang lain.