ABSTRAKSI
Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh fakta yang penulis temukan di lapangan, yaitu adanya beberapa mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak menganggap bahwa perintah berjilbab khususnya dalam Surat An-Nuur Ayat 31 sebagai suatu kewajiban yang harus dijalankan dalam kehidupan seharihari. Dari pengamatan penulis, ada beberapa mahasiwi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang mengenakan busana muslimah dengan warna mencolok, membentuk lekukan tubuh, mengulurkan sedikit rambutnya karena mengikuti mode dan sebagainya. Sebagai seorang akademisi di bidang pendidikan Agama Islam, penulis ingin mengetahui bagaimana Persepsi Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai mahasiswi .calon pendidik. pada salah satu institusi Islam terbesar yang mewajibkan jilbab di lingkungan kampusnya, mereka akan menjadi barometer, uswatun hasanah, dan akan mendapatkan penilaian dari masyarakat. Jangan sampai mereka mendapat predikat yang kurang baik dari masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptis melalui pendekatan kuantitatif dan dilengkapi oleh pendekatan kualitatif. Metode deskriptis yaitu dengan menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data, tehnik analisis data angket ini dilakukan dengan tehnik analisa data statistik distribusi frekuensi dengan rumus P = F : N X 100%, kemudian menginterpretasikannya. Dan pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara sebagai alat pengumpulan data, kemudian menganalisis dan menginterpretasikannya.
Hasilnya adalah mahasiswi yang memiliki persepsi yang cukup baik terhadap perintah berjilbab dalam Surat An-Nuur Ayat 31 yaitu terhadap perintah menahan sebagian pandangan, memelihara kemaluan, dan perintah menutup aurat, sebanyak 26 orang atau sebanyak 72,22 %, persepsi yang baik sebanyak 7 orang atau sebanyak 19,44 %, dan persepsi yang kurang baik sebanyak 3 orang atau sebanyak 8,33 %.
Memang pertama kali mahasiswi berjilbab bukan karena kemauan dari diri sendiri, akan tetapi mereka merasa nyaman dengan mengenakan jilbab. Oleh karena itu ada yang menyatakan sudah konsisten dan ada yang menyatakan belum konsisten, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor.
Semua responden setuju dengan pendapat Ulama klasik yang mewajibkan berjilbab, karena berpedoman pada Al-Qur.an dan Sunnah dan tidak setuju dengan pendapat ulama kontemporer yang tidak mewajibkan jilbab. Responden menyebutkan beberapa kriteria berbusana muslimah yang baik dan yang kurang baik yang dikenakan oleh mahasiswi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, adanya mahasiswi FITK yang mengenakan busana muslimah yang kurang baik seharusnya menjadi perhatian dari pihak terkait