ABSTRAK
Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga, dan lain-lain. Hal ini juga dialami oleh beberapa anak di Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui dan meneliti lebih jauh tentang sebab-sebab anak putus sekolah.
Pembahasan ini berjudul “Anak Putus Sekolah dan Cara Pembinaannya di Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa yang menyebabkan anak-anak putus sekolah di Kecamatan Jangka. Bagaimana orang tua, masyarakat dalam mengatasi terjadinya anak putus sekolah serta bagaimana cara pembinaannya. Tujuan pembahasan ini adalah menemukan jawaban dari permasalahan di atas yaitu untuk mengetahui berapa banyak anak putus sekolah di Kecamatan Jangka, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak putus sekolah, sikap orang tua, serta bagaimana cara pembinaan terhadap anak yang putus sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode lapangan dan kepustakaan. Metode lapangan dilakukan dengan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, angket dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor penyebab anak putus sekolah di Kecamatan Jangka. Secara umum masalah utamanya adalah kondisi ekonomi keluarga yang kurang mendukung. Sebagian lagi adalah faktor keluarga yang menyebabkan anak-anak di Kecamatan Jangka putus sekolah. Adapun orang tua dan masyarakat dalam menghadapi anak putus sekolah ada dua yaitu upaya pencegahan dan upaya pembinaan. Upaya pencegahan dilakukan sebelum putus sekolah dengan mengamati, memperhatikan permasalahan-permasalahan anak-anak dan dengan menyadarkan orang tua akan pentingnya pendidikan demi menjamin masa depan anak serta memberikan motivasi belajar kepada anak. Adapun upaya pembinaan yang dilakukan adalah dengan mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan sosial kemasyarakatan kepada anak, serta memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya supaya anak disibukkan serta dapat menghindarinya dari pikiran yang menyimpang.