ABSTRAK
Pentingnya lembaga keuangan atau BPR melakukan upaya preventif (pencegahan) supaya terhindar dari kredit bermasalah. Upaya preventif bisa dilakukan apabila bank mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kredit bermasalah. Dari data yang diperoleh pada BPR di Kota Semarang tahun 2006 NPL nya berkisar antara 7,44% - 24,54%. Angka NPL tersebut sudah melampaui standar BI, yaitu sebesar 5%. Dengan adanya kredit bermasalah pada BPR di Kota Semarang tersebut, maka diharapkan penelitian ini akan dapat membantu pihak bank dalam menyelesaikan kredit bermasalah dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah tersebut serta dapat dijadikan sebagai masukan dalam pemberian kredit di masa yang akan datang. Permasalahan dalam penelian ini adalah 1) Bagaimana faktor sumber modal, pencatatan keuangan, kalah bersaing, tingkat pendapatan, dan adanya unsur kesengajaan mempengaruhi kredit bermasalah pada nasabah BPR di Kota Semarang tahun 2006 secara parsial dan simultan? 2) Seberapa besar pengaruh faktor sumber modal, pencatatan keuangan, kalah bersaing, tingkat pendapatan, dan adanya unsur kesengajaan mempengaruhi kredit bermasalah pada nasabah BPR di Kota Semarang tahun 2006 secara parsial dan simultan? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana faktor sumber modal, pencatatan keuangan, kalah bersaing, tingkat pendapatan, dan adanya unsur kesengajaan mempengaruhi kredit bermasalah pada nasabah BPR di Kota Semarang tahun 2006 secara parsial dan simultan 2) Seberapa besar pengaruh faktor sumber modal, pencatatan keuangan, kalah bersaing, tingkat pendapatan, dan adanya unsur kesengajaan mempengaruhi kredit bermasalah pada nasabah BPR di Kota Semarang tahun 2006 secara parsial dan simultan.
Data yang digunakan berupa data primer yaitu laporan keuangan, hasil dokumentasi, dan hasil pengisian angket tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada 90 nasabah BPR di Kota Semarang tahun 2006. Variabel yang diukur adalah sumber modal, pencatatan keuangan, kalah bersaing, tingkat pendapatan, dan adanya unsur kesengajaan sebagai variabel bebas dan kredit bermasalah sebagai variabel terikat. Data diambil dengan teknik wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif persentase dan regresi berganda.
Berdasarkan hasil analisis regresi menyatakan variabel sumber modal, pencatatan keuangan, kalah bersaing, tingkat pendapatan, dan adanya unsur kesengajaan berpengaruh secara signifikan terhadap kredit bermasalah baik secara parsial maupun simultan. Secara parsial, diperoleh t hitung untuk sumber modal sebesar 3,654 dengan probabilitas 0,000 < 0,05, untuk pencatatan keuangan
sebesar 2,366 dengan probabilitas 0,020 < 0,05, dan untuk variabel adanya unsur kesengajaan t sebesar 2,782 dengan probabilitas 0,007 < 0,05. Secara simultan, diperoleh F diperoleh t hitung sebesar 3,590, dengan probabilitas 0,001 < 0,05, untuk variabel kalah bersaing diperoleh t hitung sebesar 4,336 dengan probabilitas 0,000 < 0,05, untuk variabel tingkat pendapatan diperoleh t hitung hitung hitung = 55,002 dengan probabilitas 0,000 < 0,05. Ha diterima yang berarti ada pengaruh sumber modal, pencatatan keuangan, kalah bersaing, tingkat pendapatan, dan adanya unsur kesengajaan terhadap kredit bermasalah. Kontribusi sumber modal terhadap kredit bermasalah sebesar 13,69%, kontribusi pencatatan keuangan terhadap kredit bermasalah sebesar 13,32%, kontribusi kalah bersaing terhadap kredit bermasalah sebesar 18,32%, kontribusi tingkat pendapatan terhadap kredit bermasalah sebesar 6,25%, kontribusi adanya unsur kesengajaan terhadap kredit bermasalah sebesar 8,41%.
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan kepada : 1) Bagi nasabah BPR di Kota Semarang, kredit bermasalah diharapkan memperbaiki manajemen permodalan dengan cara memperbesar permodalan yang berasal dari modal sendiri secara tunai. Nasabah harus selalu memperhatikan dan melakukan pencatatan keuangan secara tertib dan benar. Selain itu, nasabah harus mencari tempat usaha yang lebih strategis dan berupaya untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa. 2) Bagi karyawan BPR di Kota Semarang khususnya bagian analisis kredit, perlu mengadakan pengawasan kredit baik sebelum kredit diberikan maupun setelah kredit diberikan yaitu dengan melihat lebih jeli mengenai permodalan, kesalahan peminjam sendiri, kalah bersaing, masalah operasi usaha, dan adanya unsur kesengajaan.