BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut Blakely, pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi ( pertumbuhan ekonomi ) dalam wilayah tersebut (Kuncoro, 2004). Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya kesenjangan pendapatan antarpenduduk, antardaerah dan antarsektor. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000). Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut merupakan prioritas utama dalam pembangunan daerah yang berasaskan pada terwujudnya pembangunan nasional.
Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional tersebut akan menghadapi banyak tantangan dan hambatan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Faktor-faktor penghambat yang berasal dari dalam negeri terutama masalah kependudukan antara lain ; perkembangan penduduk yang semakin besar, pengangguran, dan terutama masalah kemiskinan (Sukirno, 1985).
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Banyak negara yang sedang berkembang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tetapi tidak membawa manfaat yang berarti bagi penduduk miskinnya. Kemiskinan memiliki banyak dimensi, bukan hanya ekonomi saja tetapi juga masalah-masalah seperti kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan merupakan masalah kompleks karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait.
Pembangunan dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan antardaerah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama disebabkan oleh karena kurangnya sumber-sumber yang dimiliki. Disamping itu banyak investor atau penanam modal yang ingin menanamkan modalnya pada daerah yang telah terpenuhi fasilitasnya karena akan mempermudah usahanya. Sehingga bagi daerah yang belum terjangkau fasilitas-fasilitas tersebut kemungkinan besar akan mengalami ketertinggalan sehingga menyebabkan kesenjangan antardaerah. Sebagai contoh pesatnya pembangunan selama seperempat abad terakhir (sebelum terjadi krisis) ternyata masih meninggalkan dominasi pusat-pusat pertumbuhan yang telah ada selama ini, terutama Jakarta dan sekitarnya. Kira-kira dua pertiga kue pembangunan nasional dinikmati oleh Jawa dan lebih dari empat perlima bertengger di Kawasan Barat