SARI
Nilai pada laporan keuangan seperti laba bersih perusahaan dianggap sebagai sinyal yang menunjukkan nilai dari perusahaan. Hal ini menjadikan perhatian investor dan calon investor terpusat pada laba suatu perusahaan. Investor sering memusatkan perhatiannya hanya pada informasi laba, tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Hal ini mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba. Salah satu tindakan manajemen atas laba yang dapat dilakukan adalah income smoothing. Pengumuman laba dikatakan mengandung informasi jika laba yang diumumkan berbeda dengan laba yang diprediksikan oleh investor. Pada kondisi demikian dipastikan pasar akan bereaksi yang tercermin dalam pergerakan harga saham pada periode pengumuman tersebut. Penelitian ini menganalisis dan mengkaji pengaruh income smoothing terhadap earning respone pada perusahaan manufaktur di BEJ.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ sebelum tahun 2001, menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember pada tahun 2004 sampai 2006, tersedia data mengenai harga saham selama periode estimasi dan periode pengamatan, tersedia data mengenai tanggal pengumuman laba dan tidak mengalami kerugian selama periode penelitian, selama periode estimasi dan periode pengamatan perusahaan tidak melakukan corporate action. Keseluruhan populasi yang terbagi dalam beberapa kelompok usaha, terdapat 58 perusahaan yang memenuhi untuk diambil sebagai populasi sasaran, 32 perusahaan yang dikategorikan melakukan income smoothing dan 26 perusahaan tidak melakukan income smoothing. Variabel dalam penelitian ini adalah earning respone yang diberi dengan simbol ’Y’ dan Income smoothing yang diberi simbol ’X’. Variabel (Y) diukur menggunakan cumulative abnormal return (CAR) yang dihitung dengan periode pengamatan tujuh hari setelah pengumuman laba (0 sampai dengan +6). Return yang diharapkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan pada mean adjusted model. Untuk penelitian ini lama periode estimasi ditetapkan selama 30 hari sebelum periode pengamatan, yaitu (-30 sampai dengan -1). Income smoothing diukur menggunakan Indeks Eckel yaitu dengan membandingkan CVΔS dengan CVΔI. Dimana perusahaan dikatakan melakukan perataan laba apabila CVΔI ≥ CVΔS . Analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh yang disebabkan income smoothing terhadap earning respone adalah regresi linier sederhana dengan perhitungan product moment.
Analisis data diperoleh persamaan regresi Y = 136.805 – 0.580X membuktikan bahwa income smoothing mempunyai pengaruh negatif terhadap earning respone. Nilai rata-rata CAR pada perusahaan populasi sasaran secara keseluruhan sebesar 142.792 sedangkan pada perusahaan perata laba nilai ratarata CAR sebesar 122.635 dan nilai rata-rata CAR pada perusahaan bukan perata laba sebesar 167.600 hal ini menunjukkan bahwa CAR pada perusahaan bukan perata laba lebih besar dari perusahaan perata laba. Perbedaan nilai CAR pada kedua kelompok perusahaan tersebut sebesar 44.966 kenyataan tersebut mengandung arti bahwa pasar akan bereaksi ketika perusahaan tidak melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan laba pada perusahaan bukan perata laba sulit untuk diprediksikan sedangkan pada perusahaan perata laba dapat dengan mudah diprediksikan. Dari persamaan regresi tersebut dapat dideskripsikan apabila terjadi satu poin penambahan tindakan perataan laba maka akan megurangi reaksi pasar sebear 0.20039 adapun nilai r2 sebesar 0.040 dapat disimpulkan bahwa kontribusi variabel income smoothing terhadap variabel reaksi pasar sebesar 4% dimana angka tersebut termasuk dalam kategori rendah. Hasil perhitungan t hitung sebesar 1.531 nilai α sebesar 0.05 didapatkan t tabel sebesar 2.389 sehingga nilai t hitung < t tabel. Nilai statistik ini mempunyai arti bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti perataan laba tidak berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar.
Pengujian hepotesis menunjukkan bahwa tindakan perataan laba mempunyai pengaruh yang negatif terhadap reaksi pasar dan perataan laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap reaksi pasar yang diukur menggunakan CAR pada perusahaan manufaktur di BEJ periode 2004 sampai 2006. dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba dinilai negatif sehingga pasar tidak bereaksi pada saat pengumuman laba. Perhitungan regresi sederhana yang menghasilkan r2 sebesar 0.040 menunjukkan bahwa perataan laba berkontribusi rendah terhadap reaksi pasar. Saran yang diberikan oleh penulis adalah perusahaan manufaktur sebaiknya tidak melakukan perataan laba dan memberikan informasi keuangan apa adanya sesuai dengan kondisi perusahaan, untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel penelitian, ataupun memperpanjang periode estimasi dan periode pengamatan dapat diambil sebelum dan sesudah pengumuman laba, serta memperhatikan faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap perubahan reaksi pasar.