SARI
Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman pangan berprotein tinggi. Penganekaragaman pangan berprotein tinggi yang sudah dikembangkan di Indonesia, salah satunya adalah pembuatan tepung udang, sedangkan tentang pemanfaatan belalang belum sampai pada tahap pembuatan tepung, padahal belalang juga tinggi akan protein (62,2 persen). Berdasarkan alasan tersebut, maka diangkatlah penelitian dengan permasalahan adakah perbedaan antara kadar protein tepung belalang kayu dan tepung udang windu. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kadar protein tepung belalang kayu dan tepung udang windu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional untuk melihat perbedaan antara kadar protein tepung belalang kayu dan tepung udang windu dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini ialah tepung belalang kayu dan tepung udang windu yang dibuat dengan cara yang sama, dan sampel dalam penelitian ini adalah tepung belalang kayu (Melanoplus cinereus) dan tepung udang windu (Panaeneous monodon) yang diambil dengan teknik random sampling sebesar 10 kelompok tepung belalang kayu dan 10 kelompok tepung udang windu yang masing-masing sebanyak 1 gram.
Kadar protein diuji dengan Independent Sample t Test, di mana hasilnya p = 0,000 (p < 0,05), hingga disimpulkan bahwa ada perbedaan nyata antara kadar protein tepung belalang kayu dan tepung udang windu, di mana protein tepung belalang kayu lebih tinggi dibanding tepung udang windu dengan kadar masingmasing 17,922 dan 9,846 persen.
Saran yang diberikan dalam penelitian ini ialah perlu adanya penelitian mengenai kadar protein secara kualitatif, bukan secara kuantitatif saja dan masyarakat hendaknya memanfaatkan tepung belalang kayu sebagai salah satu alternatif sumber protein hewani disamping tepung udang windu.