BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam pembukaan UUD 1945 telah diamanatkan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan oleh sebab itu maka setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang adil dan merata sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
Sebagai bukti bahwa pemerintah peduli akan tanggung jawab terhadap apa yang telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945, dalam Renstra (2006: 1) dijelaskan bahwa kemudian pemerintah mengeluarkan peraturan presiden nomer 7 Tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2005-2009 yang mengamanatkan tiga misi pembangunan nasional yaitu; 1). Mewujudkan negara Indonesia yang aman dan damai, 2). Mewujudkan bangsa Indonesia yang adil dan demokratis, 3). Mewujudkan bangsa Indonesia yang sejahtera.
Untuk mewujudkan masyarakat yang aman, adil dan sejahtera maka bangsa Indonesia harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Oleh karena itu kebijakan pendidikan nasional harus mampu mewujudkan pemerataan pendidikan yang bermutu sebagaimana amanat penting yang harus di emban oleh pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan proses interaksi sosial antara individu terhadap lingkungan yang bertujuan meningkatkan martabat manusia dengan melalui pendidikan. Manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap dan perilakunya secara optimal yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal di tengah-tengah masyarakat.
Perbaikan di bidang pendidikan khususnya pendidikan matematika telah banyak dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah.
Dalam renstra, (2006: 45) menjelaskan bahwa sebagai bukti masih rendahnya mutu hasil belajar siswa, yang ditandai oleh standar kelulusan siswa, yang ditandai oleh standar kelulusan yang ditetapkan yaitu 4,25 dari skala 10. ini berarti bahwa seorang siswa dinyatakan lulus apabila yang bersangkutan menyerap pelajaran sebesar 42,5%. Dengan standar kelulusan yang rendah pun masih banyak siswa yang tidak lulus. Pada ujian nasional 2005 pada tingkat SMA/MA ketidaklulusan mencapai 20,6%, SMK 22,2% dan SMP/MTs/SMP Terbuka 13,4%.
Selain itu dalam Renstra (2006: 45) di informasikan dan dijelaskan juga bahwa mutu akademik antar bangsa melalui Programme for International Student Assessment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disoroti, untuk bidang IPA menempati peringkat 38 sementara bidang matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat 39. jika dibandingkan Korea peringkatnya sangat jauh untuk bidang IPA menempati peringkat ke-8, membaca peringkat ke-7 dan matematika ke-3.
Salah satu sebab rendahnya mutu lulusan adalah belum efektifnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran selama ini masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan dalam semua bidang studi, yang menyebabkan kemampuan peserta didik menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang terlalu berorientasi pada guru (teacher oriented) cenderung mengabaikan hak-hak anak, sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasikkan dan mencerdaskan menjadi kurang optimal.
Muatan belajar yang terlalu terstruktur dan sarat beban juga mengakibatkan proses pembelajaran di sekolah menjadi steril dengan keadaan dan perubahan lingkungan fisik dan sosial dilingkungan. Keadaan ini menjadikan proses belajar menjadi tidak menarik dan tidak mampu memupuk kreatifitas siswa, guru dan kepala sekolah untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran yang inovatif.
Untuk itu pemahaman tentang tuntutan menyiasati kurikulum yang padat dan muatan kegiatan yang tinggi dengan berbagai kegiatan mata pelajaran, metode pembelajaran tematik dapat menjadi pilihan yang tepat di sekolah. Metode ini tidak mengesampingkan kurikulum nasional melainkan sebagai upaya menerapkan kurikulum 2004 dengan cara mudah dan menarik.
Pembelajaran tematik akan menciptakan sebuah pembelajaran terpadu yang akan mendorong keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan menciptakan situasi pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan siswa yang pada akhirnya akan berimplikasi kepada prestasi belajar siswa akan meningkat.