BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada masa orde baru kualitas pendidikan tidak begitu diperhatikan dalam masa itu bangsa Indonesia lebih mementingkan kuantitas dan bukan meningkatkan kualitas. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : Dana pendidikan yang minim, indahnya penghargaan terhadap profesi guru serta terbatasnya sarana penunjang pendidikan (Tilaar, 2004:14).
Dalam era reformasi terdapat kehidupan yang menghargai potensi individu yang berbeda dan individu yang hidup bersama. Dengan demikian segala jenis homogenisasi masyarakat itu meratakan anggota masyarakat adalah bertentangan dengan prinsip-prinsip hidup demokrasi. Termasuk di dalamnya pengakuan terhadap hak asasi manusia merupakan inti dari kehidupan demokrasi di dalam segala aspek kehidupan. Dalam bidang pendidikan semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang baik juga mempunyai kewajiban yang sama untuk membangun pendidikan nasional yang berkualitas.
Proses belajar mengajar secara formal dapat diperoleh dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri seseorang secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pembelajaran dalam (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan sejenisnya) dan fasilitas (proyektor overhead, video, radio, televisi, computer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar, dan lain-lain).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Peranan guru akan mengalami perubahan dari tokoh yang menyampaikan informasi menjadi orang yang memberi bimbingan dan bantuan kepada setiap siswa secara individual. Untuk menjalankan pengajaran individual guru harus memperdalam pengetahuan dan keterampilan tentang: cara-cara mengajar yang terbuka baginya. Dalam hal ini guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan sekolah dalam proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini, juga didukung oleh pendapat beberapa tokoh pendidikan.
Achsin ( dalam Arsyad,2004:5) berpendapat bahwa “ Teknologi atau media bukan sekedar benda, alat, atau bahan perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi atau manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu”. Hamalik (dalam Arsyad,2004:15) menyatakan bahwa”pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa”, oleh sebab itu, dengan terangkatnya sebuah media pembelajaran yang difokuskan langsung pada sejumlah sumber yang berbasis buku, visual, dan pemanfaatan perpustakaan secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, agar siswa mengetahui langsung pada sebuah kejadian atau realita yang sebenarnya, supaya siswa lebih mengerti dan lebih paham pada kejadian yang sebenarnya.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa antar metode mengajar dan media pembelajaran sebagai aspek yang saling terkait, yang kemudian menarik peneliti untuk mengetengahkan judul penelitian “ PENGARUH PENERAPAN METODE RESOURCE-BASED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS IX MTs. RAUDHATUL ULUM”.
