ABSTRAK
Jeruk manis (Citrus sinensis) merupakan komoditas pertanian yang penting saat ini dan menempati posisi teratas dalam bidang agroindustri dan merupakan hortikultura unggulan, baik sebagai buah segar maupun dalam bentuk olahan. Permintaan jeruk manis sangat tinggi dan terus mengalami peningkatan.
Produksi jeruk manis belum mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, hal ini karena kemunduran hasil panen akibat serangan hama. Kutu sisik merupakan hama utama yang menyerang jeruk manis. Kutu sisik menyerang dengan cara menghisap cairan dan nutrisi yang ada pada inangnya. Daun yang terserang akan berwarna kuning, bercak-bercak klorotis dan membuat daun gugur. Serangan pada batang menyebabkan kering dan retakan pada kulit. Serangan pada buah dapat menurunkan kualitas, karena kotor dan bila dibersihkan meninggalkan bercak hijau atau kuning pada kulit buah. Kutu sisik menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kekerdilan, serta tanaman menjadi meranggas dan kering, bahkan jika serangannya parah akan menyebabkan kematian. Kutu sisik yang sering menyerang tanaman jeruk manis ada tiga jenis yaitu Lepidosaphes beckii, Coccus viridis dan Aonidiella auranti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan L. beckii, A. aurantii, C. viridis dan pola sebarannya pada jeruk manis serta faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan kutu sisik. Penelitian ini dilaksankan di perkebunan jeruk manis anorganik desa Bumiaji kota Batu pada bulan Januari sampai Februari 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Tingkat kepadatan kutu sisik dihitung pada buah, ranting dan daun dari 4 arah mata angin yang berbeda dengan 60 tanaman sampel, pola sebaran kutu sisik ditentukan berdasarkan pola sistematis 20 pohon. Faktor abiotik yang diamati adalah kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan angin. Data kepadatan dianalisis dengan analisis varian RAL, pola distribusi dianalisis dengan Indeks of Dispersion, hubungan faktor lingkungan dan kelimpahan kutu sisik dianalisis dengan regresi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan L. beckii paling tinggi jumlahnya dari pada A. aurantii dan C. viridis pada semua fase. Pola sebaran L. beckii fase imago mengelompok, fase crawler acak dan secara kumulatif acak. Pola sebaran A. aurantii fase imago dan crawler adalah acak, dan secara kumulatif adalah acak. Pola sebaran C. viridis fase imago dan crawler adalah acak, sedangkan secara kumulatif acak. Faktor abiotik yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan kutu sisik pada jeruk manis adalah kelembaban, dengan nilai R2 0,82 pada L. beckii, R2 0,75 pada A. aurantii, dan R2 0,83 pada C. viridis.