830. Analisis Nilai Edukatif Novel Totto-Chan Karya Tetsuko Kuroyanagi Dan Relevansinya Pada Nilai-Nilai Edukatif
ABSTRAK Salah satu hasil karya sastra yang mengandung nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan, menjadikan novel diminati dan dianggap sebagai media penyampai nilai-nilai edukatif. Selain itu novel juga berfungsi sebagai alat untuk menolong manusia disegala bidang. Karena amanat nilai yang disampaikan oleh pengarang Tetsuko Kuroyanagi melalui novel tersebut bersumber dari masalahyang ada dalam masyarakat, yakni masalah pendidikan di sekolah. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, (2) teknik pengungkapan nilai edukatif dalam novel Totto-chan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata. Pemahaman makna secara keseluruhan, dilakukan untuk menafsirkan dan mengkategorikan data yang terkandung dalam novel Totto-chan, yang selanjutnya data-data tersebut dianalisis berdasarkan pengkategoriannya. Sehingga dari hasil analisa dan pemahaman makna tersebut ditemukan nilai-nilai edukatif yang dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, karena (1) data dikumpulkan langsung dari novel keseluruhan, (2) peneliti bertindak sebagai instrumen, (3) bersifat deskriptif, (4) mementingkan makna. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan metode Refleksi-Analitis, yaitu teknik analisis yang disusun untuk memecahkan masalah berlandaskan refleksi dunia pengetahuan dan pengalamn peneliti dalam menentukan, memperoleh, dan memahami data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam novel Totto-chan karya Tetsuku Kuroyanagi terdiri dari nilai kepribadian yang meliputi (1) keberanian hidup, (2) kemandirian, (3) tanggung jawab, (4) kewaspadaan hidup, (5) rendah hati. Serta nilai-nilai sosial yang meliputi (1) menghormati, (2) tolong menolong, (3) adil terhadap orang lain, (4) kebersamaan dalam hidup, (5) saling menghargai, (6) sopan santun, (7) kesederhanaan hidup, (8) pemaaf, (9) pemberian motivasi dan bukan perintah. Cara pengarang memaparkan nilai-nilai edukatif yang terdapat dalam novel ditemukan melalui pemahaman terhadap pokok-pokok pikiran melalui (1) dialog, (2) karakter tokoh, (3) deskripsi peristiwa, (4) gagasan dan komentar pengarang, dan (5) tuntutan ekspresif dari pengarang. Oleh karena itulah, menurut hemat peneliti, Sekolah Dasar, sebagai lembaga awal wajib belajar 9 tahun diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai edukatif yang ada. Karena masa usia Sekolah Dasar adalah masa pembentukan awal pola pikir anak.
