869. Korelasi Puasa Senin Kamis Terhadap Peningkatan Religiusitas Santri Pondok Pesantren

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kenyataan menunjukkan bahwa manusia tidak bisa selalu meraih apa yang diharapkannya dengan mulus. Banyak tantangan harus dihadapi, dan biasanya tantangan itu datang silih berganti, sehingga dilihat dari segi ini kehidupan anak manusia di dunia pada hakekatnya hanyalah menjawab tantangan demi tantangan, bukan berpangku tangan. Adanya tantangan dalam kehidupan, agaknya tidak dapat dihindari. Tantangan bahkan merupakan keharusan hidup, dalam arti bahwa hidup ini baru bermakna manakala disertai adanya tantangan. Kehidupan tanpa tantangan bagaikan makanan tanpa garam, hambar. Dalam zaman global sekarang ini symbol-simbol zaman modern seperti yang ditandai oleh peradaban kota tumbuh secara cepat, jauh melampaui kemajuan manusianya, sehingga kesenjangan antara manusia dan tempat dimana mereka hidup menjadi sangat lebar (Dr. Ahmad Mubarok, 2002). Dan sejarah menunjukkan bagaimana cara hidup manusia berubah semakin cepat searah pertambahan penduduk, perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (Iptek) beserta penyebaran informasi kedalam seluruh ruang social. Sementara doktrin keagamaan yang terus mengukuhkan i\diri sebagai nilai tetap dan abadi, tampak semakin jauh dari ruang hidup pemeluknya sendiri. Seringkali manusia tertarik pada hal-hal yang berbeda dalam berbagai kemasan memenuhi rasa ingin tahu dan dorongan untuk meniru dan berbuat seperti orang lain (Abd. Munir Mulkhan, 2002). Kondisi yang demikian menunjukkan ketidakberdayaan manusia dalam pentas peradaban modern yang terus melaju tanpa henti (Dr. Ahmad Mubarok, 2002). Media dan tehnologi informasi berfungsi mempromosikan hal-hal yang maksiat atau makrufat, tergantung siapa yang menguasai keduanya. Sedangkan dalam ektrim kebaikan dan keburukan, makrufat dan maksiat, para remaja berada pada posisi paling rentan, sebab pemuda dipandang sebagai manusia “setengah jai” dan “penuh pesona”. Dan masa depan seseorang ditentukan oleh cara hidup pada masa remajanya. Cara pandang ini tampak dari pepatah arab “Subyaanul Yaum Rijaalul Ghad” (Abd. Munir Mulkhan, 2002). Daya pesona dan fitalitas disatu sisi serta kebelummenjadian dirinya membuat remaja melihat dirinya berada dalam dunia citra dengan realitas diri dan sosialnya. Tampaklah dunia remaja yang serba dan membuatnya mudah dipengaruhi hal-hal yang serba baru yang ditayangkan dipentas dunia ini. Permasalahannya sekarang adalah bagaimana seorang remaja mempunyai pengalaman menolak maksiat dan memilih makrufat yang sudah dirumuskan secara dinamis, bahkan mengisolasi mereka dari realitas maksiat dan makrufat selama ini. Setan bukan dihindari tapi diatasi dan dikalahkan agar bisa berkawan dengan malaikat. Karena itu kesalehan perlu dikembangkan bukan dalam ruang yang hampa dari setan, tetapi dalam budaya kontemporer yang actual dan fungsional. Kesalehan dan nilai religius ialah kemampuan memilih mana yang baik didalam situasi yang serba terbuka. Al-qur’an menyajikan dua ekstrim realitas nilai baik dan buruk dengan memberikan panduan mana yang harus dipilih. Dalam hal ini, islam memiliki perhatian yang sangat besar terhadap para remaja, berupa menyiapkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang saleh serta membentengi mereka dari segala macam bentuk penyimpangan dan segala sesuatu yang tidak berguna. Hal ini dapat dilihat dalam sabda Rasulullah SAW. Yang menegaskan ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah SWT pada

File Selengkapnya.....

Kumpulan Skripsi dari Berbagai Jurusan

Title: 869. Korelasi Puasa Senin Kamis Terhadap Peningkatan Religiusitas Santri Pondok Pesantren

URL: http://www.koleksiskripsi.com/2012/12/869-korelasi-puasa-senin-kamis-terhadap.html