BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi berbagai macam aspek, termasuk di
dalamnya kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra. Setiap aspek meliputi
empat keterampilan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Bagi sebagian orang, berbicara atau mengungkapkan pikirannya secara lisan
merupakan hal yang sangat sulit. Tidak jarang dalam suatu forum orang yang
sebetulnya mempunyai ide-ide brilian atau gagasan-gagasan yang cemerlang tidak
terpakai hanya gara-gara kurangnya keberanian orang tersebut dalam
mengungkapkan pendapatnya. Tumbuhnya rasa minder dan takut salah saat
berbicara menyebabkan sebagian orang menganggap berbicara di depan umum
menjadi suatu momok yang menakutkan.
Permasalahan di atas juga menimpa sebagian besar siswa-siswi MI Sunan
Kalijaga, banyak di antara mereka yang masih belum berani ketika disuruh
mengungkapkan pendapatnya di depan umum, kalaupun mereka berani maka
keterampilan berbicara mereka masih sangat kurang. Berdasarkan pada fenomena
tersebut, maka guru Bahasa Indonesia kelas V MI Sunan Kalijaga berupaya
meningkatkan keterampilan berbicara siswanya dengan menerapkan metode
menceritakan pengalaman pribadi. Setelah diterapkan ternyata metode tersebut
cukup memberi kontribusi dalam menumbuhkan motivasi berbicara siswa dan
meningkatkan keterampilan berbicaranya. Bahkan dengan menerapkan metode
tersebut dapat mengubah sikap salah seorang siswa yang kesehariannya sangat
nakal dan tidak perhatian dalam pelajaran, mampu bercerita dengan sangat bagus
dihadapan teman-temannya. Hal itu ditunjukkan dengan kemampuan siswa
tersebut menarik perhatian teman-temannya, sehingga mereka terbawa dalam
cerita yang disampaikannya.
Ragam bercerita yang diterapkan guru Bahasa Indonesia tersebut dapat
disebut sebagai ragam mendongeng tanpa alat peraga. Meski dongeng berbeda
dengan cerita akan tetapi dongeng adalah bagian dari cerita, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Kusumo Priyo dalam bukunya Terampil Mendongeng, bahwa
dongeng adalah cerita rekaan yang kebenarannya belum dapat dipastikan.2 Secara
luas mendongeng bisa juga diartikan sebagai membacakan cerita atau menularkan
cerita pada anak entah itu cerita nyata, tidak nyata, atau pengalaman orang tua.3
Mengacu dari dua asumsi tersebut, kegiatan siswa kelas V MI Sunan Kalijaga
Malang dalam membawakan cerita pengalaman pribadi juga bisa disebut
mendongeng sedang cara mereka bercerita dengan tanpa membawa alat peraga
dapat digolongkan sebagai mendongeng biasa yaitu mendongeng tanpa disertai
alat peraga. Dalam mendongeng tanpa alat peraga, Si Pendongeng hanya
mengandalkan gerak tubuh, ekspresi wajah, dan kesesuaian intonasi suara.
Mendongeng dengan cara ini memang lebih mudah dan efektif karena tidak
memerlukan banyak alat peraga.
File Selengkapnya.....