BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 . LATAR BELAKANG
Empiema masih merupakan masalah penting dalam bidang penyakit paru karena secara signifikan masih menyebabkan kecacatan dan kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi antibiotik dan drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi.1 Mense GPL pernah meneliti tingkat keberhasilan dari beberapa prosedur penatalaksanaan empiema dan mendapatkan hasil bahwa dengan tindakan dekortikasi sekalipun, angka keberhasilannya tidak mencapai 100 %. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa dengan penggunaan selang dada, angka keberhasilannya hanya 11 %.1 Mengetahui jenis kuman penyebab empiema dan memberikan antibiotik yang tepat merupakan salah satu hal yang sangat membantu dalam penatalaksanaan empiema disamping drainase yang baik dari rongga pleura. Untuk mengetahui jenis kuman tersebut dapat dilakukan dengan cara pewarnaan langsung ataupun dengan mengkultur cairan empiema tersebut. Untuk mengetahui antibiotik yang tepat untuk kuman penyebab empiema tersebut, dilakukan pemeriksaan uji kepekaan. Semua pemeriksaan ini memerlukan waktu yang kadang kadang cukup lama sementara pemberian antibiotik tidak mungkin ditunda menunggu hasil pemeriksaan tersebut. Lalu dasar apa yang kita pakai untuk memilih antibiotik yang kira kira tepat sebelum hasil pemeriksaan kita dapatkan. Disinilah perlunya kita mempunyai pola kuman penyebab empiema dan uji kepekaan.
terhadap antibiotik agar antibiotik yang kita berikan dapat lebih tepat. Disamping itu dari pola tersebut dapat dibuat suatu hubungan antara penyakit yang mendasari dan kuman yang didapat. Seperti pada penelitian retrospektif yang dilakukan Chen dari tahun 1989 sampai 1998 di National Taiwan University Hospital didapat hasil kuman yang paling banyak didapat dari kultur adalah bakteri aerob Gram negatif (49,6 %) dengan jenis terbanyak adalah Klebsiella pneumoniae (24,4 %). Didapati juga hasil bahwa penyakit yang mendasari paling banyak adalah diabetes mellitus. Peneliti juga menduga adanya hubungan yang kuat antara diabetes mellitus dan bakteri Klebsiella pneumoniae, sebab dijumpai 44 % Klebsiella pneumoniae dengan penyakit dasar diabetes mellitus dan hanya 15 % non Klebsiella pneumoniae mempunyai diabetes mellitus.1,2 Selain dari penyakit yang mendasari, penyebab dari empiema juga biasanya mempunyai hubungan dengan kuman yang akan didapatkan di cairan empiema. Seperti pada penelitian retrospektif yang dilakukan Nunley selama 13 tahun pada 14 pasien yang mendapat empiema setelah menjalani operasi transplantasi paru, kuman yang didapatkan yaitu bakteri enterik Gram negatif, Staphylococcus dan Candida. Kuman kuman ini biasanya sering menyebabkan infeksi nosokomial.3 Dengan kemajuan penemuan antibiotik baru dapat dimungkinkan pola kuman bisa berubah dari waktu ke waktu. Pola kuman dari cairan empiema sebelum ditemukannya antibiotik lebih banyak didapati bakteri Streptococcus pneumoniae atau Streptococcus haemolyticus. Pada tahun 1955 – 1965, kuman yang paling banyak didapat yaitu bakteri Staphylococcus aureus. Pada awal 70 an bakteri anaerob lebih banyak didapat. Pada 80 an dan 90 an bakteri aerob kembali lagi menjadi bakteri yang paling banyak didapat dari cairan empiema.2,4 Pada penelitian retrospektif yang dilakukan Brook pada tahun 1973 s/d1985 di Walter Reed Army Medical Center, Washington DC dan Naval Hospital, Bethesda, Amerika , dijumpai hasil paling banyak ditemukan bakteri aerob saja (64 %), kemudian campuran aerob dan aerob (23 %), kemudian bakteri anaerob saja (13%). Bakteri aerob yang paling banyak adalah Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus dan Escheria coli. Bakteri anaerob yang paling banyak adalah Bacteroides sp, Prevotella dan anaerob cocci.5 Pada penelitian prospektif yang dilakukan De A di LTM Medical College and Hospital, Sion, Mumbai, India dijumpai yang paling banyak adalah campuran aerob dan anaerob (56,2 %), bakteri aerob saja (34,4 %), bakteri anaerob saja (9,4 %). Bakteri anaerob terbanyak adalah Prevotella melaninogenicus ,Peptostreptococcus asaccharolyticus , Peptostreptococcus sp.6 Pada penelitian retrospektif yang dilakukan Jerng JS dkk pada tahun 1984 s/d 1996 di National Taiwan University Hospital, didapatkan hasil kuman yang terbanyak adalah bakteri aerob Streptococcus viridans (32 % ). Pada penelitian ini didapati juga bahwa Streptococcus viridans sering dijumpai bersama kuman lain seperti bakteri aerob, anaerob dan jamur.7 Dari penelitian retrospektif yang dilakukan Alfageme, selama 6 tahun di Valme University Hospital, Seville, Spanyol didapatkan hasil kultur positif pada 92 % sampel. Kuman paling banyak yaitu bakteri aerob saja (62%), kemudian campuran bakteri aerob dan anaerob (16%) dan bakteri anaerob saja (15%).
Bakteri aerob yang paling banyak ditemukan yaitu Staphylococcus aureus , kemudian Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus intermedius. Bakteri anaerob yang paling banyak ditemukan yaitu Bacteroides fragilis. Dijumpai juga hasil kultur Mycobacterium tuberculosis pada 3 sampel.8 Dari penelitian retrospektif yang dilakukan Snider GL dkk dari tahun 1952 sampai 1967 di Wood Veterans Center, Wisconsin, Amerika, didapatkan hasil kuman yang paling banyak didapat yaitu bakteri aerob, diantaranya Streptococcus spp, Pseudomonas spp , Klebsiella pneumoniae. Bakteri anaerob yang paling banyak didapat adalah Proteus dan Bacteroides.9 Dari penelitian retrospektif yang dilakukan Cheng dkk dari tahun 1992 sampai 2004 di Rumah Sakit Pendidikan di Los Angeles Amerika, didapatkan hasil kuman yang paling banyak didapat adalah bakteri aerob Streptococcus viridans dan Streptococcus pneumoniae.10 Dari banyak penelitian mengenai empiema hanya sedikit yang meneliti mengenai kepekaan kuman yang didapat terhadap antibiotik, padahal hal tersebut sebenarnya penting untuk diteliti mengingat keberhasilan pengobatan sangat tergantung kepada antibiotik yang tepat. Penatalaksanaan empiema memang tidak hanya dengan pemberian antibiotik saja, namun kadang-kadang hanya dengan pemberian antibiotik yang tepat atau sesuai hasil uji kepekaan bisa didapat perbaikan yang signifikan sehingga tindakan lain seperti torakostomi atau bahkan dekortikasi tidak atau belum diperlukan. Soeroso melaporkan mengenai seorang pasien dengan loculated empyema. Pasien tersebut pada awalnya di diagnosis dengan pneumonia dan diberi antibiotik, namun setelah 10 hari tampak perselubungan bertambah luas. Dari CT scan dijumpai loculated effusion. Kemudian dilakukan punksi percobaan dan didapat cairan pus kental serta dinding dada yang sudah tebal. Hasil kultur pus dijumpai Klebsiella spp. Pasien kemudian dianjurkan untuk dilakukan tindakan operasi (dekortikasi), namun pasien menolak. Akhirnya pasien hanya diberikan antibiotik yang sesuai dengan uji kepekaan. Setelah 2 minggu, perselubungan berkurang dan klinis membaik dan setelah 1 bulan, perselubungan hanya tampak di lapangan bawah dan tampak juga penebalan pleura.11 Di institusi paru ini telah pernah di teliti mengenai pola kuman ini, uji kepekaan dan juga penatalaksanaannya. Hal ini dilakukan oleh Helmi pada bulan Desember 1986 s/d September 1988, di RS Pirngadi dan Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru, Medan. Dari 50 pasien empiema yang diteliti, dijumpai kuman hanya dari 18 pasien. Dari 18 pasien tersebut seluruhnya dijumpai bakteri aerob (100 %), dengan jenis terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa , kemudian Streptococcus viridans, dan Staphylococcus aureus. Pemeriksaan terhadap bakteri anaerob tidak dilakukan pada penelitian ini.12 Dari data-data yang tertera diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sangat sedikit yang meneliti dan melaporkan uji kepekaan terhadap antibiotika dari kuman yang dijumpai pada cairan empiema. Disamping itu juga, penelitian mengenai pola kuman dan uji kepekaan dari cairan empiema, masih sedikit dilakukan di Indonesia. Hal ini menjadi latar belakang penulis untuk meneliti kembali mengenai pola kuman dan uji kepekaan dari cairan empiema.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
a. Bagaimana gambaran pola kuman dari empiema di Bagian Paru RSUP H Adam Malik Medan
b. Bagaimana gambaran hasil uji kepekaan terhadap beberapa jenis antibiotika dari kuman yang ditemukan.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
a. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui gambaran pola kuman dari empiema di Bagian Paru RSUP H Adam Malik Medan.
b. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui kepekaan kuman terhadap antibiotika, yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk pemberian antibiotika secara empiris sebelum hasil pemeriksaan yang sesungguhnya didapatkan.