ABSTRAK
TENAGA KERJA YANG DIROTASI DENGAN YANG TIDAK DIROTASI DI PT.
PANASONIC GOBEL ENERGY INDONESIA BEKASI. Program D-IV Kesehatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tenaga kerja sebagai pelaku sekaligus sasaran dari pembangunan harus dibina
dan dikembangkan. Kualitas tenaga kerja tercermin dari produktivitas tenaga kerja
tersebut sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman, nyaman dan sehat untuk menunjang produktivitas. Selain itu diperhatikan juga
sistem kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja itu sendiri, apakah mereka dalam bekerja
dilakukan rotasi kerja (rolling karyawan) atau tidak. PT. Panasonic Gobel Energy
Indonesia (PT. PECGI) adalah salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang
pembuatan batu baterai mangan, lithium dan senter. Sistem kerja yang ada di sana tidak
semua line dilakukan rotasi kerja, khususnya di Finishing line sehingga kecenderungan
tenaga kerja untuk merasa bosan ataupun jenuh pada pekerjaannya tinggi apalagi jika
jenis pekerjaan yang mereka lakukan monoton. Karena kerja monoton akan berdampak
pada reaksi psikologis mereka dan dapat mengakibatkan terjadinya stres kerja. Oleh
karena itu dilakukan penelitian dengan judul ”Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara
Tenaga Kerja Yang Dirotasi Dengan Yang Tidak Dirotasi Di PT. Panasonic Gobel
Energy Indonesia”.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat stres
kerja antara tenaga kerja yang dirotasi dengan yang tidak dirotasi pada bagian Total
Inspections dan Blister di PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia Bekasi. Penelitian ini
menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
sampel yang digunakan oleh peneliti adalah 30 orang (15 orang Total Inspections dan 15
orang Blister) yang harus sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan sebelumnya,
antara lain : tenaga kerja wanita, usia 18-50 tahun, masa kerja >6 bulan, pendidikan
minimal SLTA dan tidak sedang menstruasi. Pengukuran stres kerja ini menggunakan
kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 30.
Dari hasil pengisian kuesioner tersebut diperoleh data sebanyak 73,33% sampel di
Total Inspections mengalami stres kerja dan 46,67% saja sampel di Blister yang
mengalami stres kerja. Hasil uji statistik independent t-test juga menunjukkan ada
perbedaan stres kerja yang signifikan antara yang dirotasi (Blister) dengan yang tidak
dirotasi (Total Inspections) dengan nilai p=0,037.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat stres kerja antara
tenaga kerja yang dirotasi dengan yang tidak dirotasi di PT. PECGI Bekasi. Saran dari
penelitian ini adalah rotasi kerja dilakukan diseluruh line, pelaksanaan kembali program
rekreasi bersama, pemberian reward untuk tenaga kerja berprestasi dan pemutaran musik
di tempat kerja yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan waktunya.
Kata kunci : Stres kerja, rotasi kerja
Pustaka : 27, 1989-2009
File Selengkapnya.....