BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan kedalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Menurut Basiran (1999) tujuan pembelajaran bahasa adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Bermain merupakan kegiatan utama yang sangat menyenangkan bagi anak-anak. Dengan bermain berbagai kemampuan yang dimiliki anak dapat dikembangkan, karena dalam kemampuan berbahasa yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan menyimak adalah permainan bisik berantai. Permainan bisik berantai merupakan salah satu contoh metode permainan bahasa untuk mengembangkan kemampuan menyimak pada anak-anak. Tujuan permainan bisik berantai untuk melatih kemampuan menyimak anak sehingga dapat meningkat, karena kemampuan menyimak yang dimiliki oleh setiap anak itu tidak sama atau berbeda. Kemampuan menyimak ini tidak sama, karena ditentukan oleh kebiasaan melatih kemampuan menyimak, artinya bahwa kemampuan menyimak itu ditemukan oleh seberapa sering seseorang untuk berlatih sebagai penerima pesan atau informasi dan meneruskan informasi tersebut kepada orang lain. Pada tingkat usia Sekolah Dasar penerapan teknik permainan dalam
proses belajar mengajar di kelas menyenangkan dan sangat membahagiakan bagi mereka, karena permainan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, salah satu tujuan permainan adalah
mencari kebahagiaan (Subana dan Sunarti, 2005: 206).
Berdasarkan hasil observasi awal tanggal 19 November 2013 fenomena yang terjadi pada mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan menyimak pada murid kelas V SD Inpres Tello Baru II ialah timbulnya kebosanan dan kurangnya konsentrasi bagi murid kelas V menyimak cerita yang hanya terpaku pada teknik seorang guru dalam membacakan cerita pada buku, kemudian
murid hanya tinggal diam mendengarkan cerita tersebut. Hal ini dibuktikan dengan data bahwa terdapat 35 murid sesuai dengan informasi guru kelas, hasil belajar bahasa Indonesia murid khususnya pada keterampilan menyimak yaitu 11 orang atau 31,42% yang mampu menyimak
dengan baik dan 24 otang atau 68,57% yang belum mampu menyimak dengan baik. Adapun kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SD Inpres Tello Baru II yakni 70. Sedangkan indikator keberhasilan secara individu maupun klasikal yakni 85%. Permainan mampu menghilangkan kebosanan, dan menghasilkan semangat kooperatif. Dan melalui permainan, murid yang lamban dan kurang termotivasi akan terdorong semangatnya untuk belajar. Hal tersebut berhubungan
dengan masalah yang ada pada murid kelas V SD Ipres Tello Baru II.
File Selengkapnya.....