ABSTRAK
Linawati, Ririn. 2012. Penerapan Metode Mathernal Reflektif dalam Pembelajaran Berbahasa Pada Anak Tunarungu di Kelas Persiapan SLB Negeri Semarang. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Amirul Mukminin, S.Pd., M.Kes., Dosen Pembimbing II : Dra. Istyarini, M.Pd
Kata kunci : Bahasa, Metode Mathernal Reflektif, Anak Tunarungu
Semua anak membutuhkan kesempatan untuk belajar pada potensi tertinggi mereka pada lingkungan yang mencakup semua. Bahasa merupakan faktor penting dalam berkomunikasi, mempelajari ilmu pengetahuan dan dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, tidak setiap anak dapat menguasai kemampuan berbahasa dengan mudah. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor bawaan, misalnya pada anak-anak tuna rungu. Untuk itu diperlukan suatu metode pengajaran bahasa yang tepat dalam membelajarkan bahasa pada anak tunarungu seperti MMR. SLB Negeri Semarang merupakan salah satu SLB Negeri yang telah lama menerapkan metode tersebut, maka dari itu penelitian ini bermaksudkan untuk mengetahui penerapan metode mathernal reflektif dalam pembelajaran berbahasa dan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu kelas persiapan anak di SLB Negeri Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Tempat penelitian berada diSLB Negeri Semarang dengan informan yaitu guru yang mengajar dengan MMR untuk anak tunarungu di kelas persiapan. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi serta dokumentasi. Analisis data menggunakan trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2007: 178).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SLB Negeri Semarang adalah Sekolah Luar Biasa yang dirintis mulai tahun 2004. Penerapan MMR di SLB Negeri Semarang sudah terlaksana dengan baik. MMR dilaksanakan dengan tiga tahap yang terdapat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sehingga hasil atau target yang dicapai sesuai dengan tujuan yang akan telah dimaksudkan. Hal tersebut sudah memenuhi pedoman dalam pelaksanaan MMR yang sebenarnya.
Hasil penelitian tersebut dapat melahirkan saran bahwa alangkah lebih baiknya jika terdapat kurikulum dan patokan yang jelas dari pemerintah mengenai pembelajaran untuk anak tunarungu khususnya dengan MMR. Karena dalam penelitian ditemukan bahwa belum ada kurikulum khusus untuk anak tunarungu dari pemerintah. Dengan demikian pembelajaran dengan MMR akan dapat tertata dengan rapi sehingga mencapai hasil yang lebih maksimal lagi.