BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 35-75 % ibu hamil di negara berkembang dan 18 % ibu hamil di negara maju mengalami anemia. Namun, banyak diantara mereka yang telah menderita anemia pada saat konsepsi, dengan perkiraan sebesar 43 % pada perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12 % di negara yang lebih maju (Prawirohardjo. 2008 : 777).
Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Biasanya selama kehamilan, terjadi hyperplasia erytrocid dari sumsum tulang. Namun peningkatan yang tidak proporsional dalam hasil volume plasma menyebabkan pengenceran darah (hemodelusi ) (Proverawati. 2011 : 127).
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi, seperti kekurangan zat besi karena kurang mengkonsumsi sayuran hijau, susu, atau daging. Seringkali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom (Prawirohardjo 2008: 777)
Menurut Proverawati (2011:135) anemia meningkatkan risiko kelahiran prematur dan infeksi ibu masa nifas. Dan menurut Manuaba (2008:38) pengaruh anemia terhadap kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini. Di Indonesia prevalensi anemia cukup tinggi yaitu 28 % - 52 % penderita (Pudiastuti 2012 : 199). Sedangkan, menurut catatan dan perhitungan Departemen Kesehatan RI di Indonesia sekitar 67 % ibu hamil mengalami anemia dalam berbagai jenjang ( Manuaba. 2008 : 38 ).
Anemia dalam kehamilan patut diwaspadai karena menjadi penyebab potensial terjadinya morbiditas ( kesakitan ) dan mortalitas ( kematian ) ibu dan janin. Hal ini terlihat dari angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi ( AKB ) di Indonesia masih tinggi. Menurut Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 / 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 / 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data yang didapatkan dari medical record di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar pada 6 bulan terakhir dari Januari sampai Juni 2012, tercatat 34 orang ( 6, 03 % ) dari 563 ibu hamil yang memeriksakan diri,yang terdiri dari: anemia ringan 32 orang ( 5, 68% ), anemia sedang 2 orang ( 0, 35% ), anemia berat 0 orang ( 0 %).
Penanggulangan anemia terutama untuk wanita hamil dapat dilakukan dengan menganjurkan untuk makan makanan yang banyak mengandung zat besi seperti sayuran hijau, daging, dan susu. Serta mengkonsumsi tablet tambah darah sehari 1 tablet / minimal 90 tablet selama hamil (Pudiastuti. 2012 : 200).
Berdasarkan uraian di atas, masih banyak kejadian anemia pada ibu hamil sehingga mendorong penulis untuk mengkaji permasalahan dan memaparkannya lewat karya tulis ilmiah sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis dalam memberikan konstribusi pemikiran pada berbagai pihak yang berkompeten dengan masalah tersebut guna mencari solusi terbaik atas permasalahan diatas.