BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kista merupakan tumor jinak yang terbungkus selaput yang menyerupai sebuah jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Kista bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan adapula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya. Kista juga merupakan salah satu gangguan reproduksi yang ditemukan pada wanita usia produksi. Penyakit ini awalnya tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, penderita baru merasakan adanya gejala pada stadium lanjut sehingga merupakan salah satu penyebab kematian kanker ginekologi (Prayitno S, 2014 hal 60).
Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur. Bentuknya kistik dan ada pula yang berbentuk seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental, maupun nanah. Pada umumnya kista ovarium tidak disertai keluhan dan gejala. Keluhan baru muncul jika ukurannya sudah membesar atau letaknya menggangggu organ lain disekitarnya. Gejala yang sering dirasakan adalah pembesaran perut atau ada benjolan didaerah perut bagian bawah. Kista ovarium dapat jinak maupun ganas, kistaovarium yang tidak ganas biasanya bersifat fisiologis (Taufiqoh S, 2012).
Di Amerika Serikat, kanker ovarium terhitung sebagai penyebab kematian terbanyak dibandingkan dengan kanker ginekologi (organ reproduksi wanita) lainnya. Di seluruh dunia terdapat 204.000 wanita yang terdiagnosis, 125.000 di antarnya meninggal akibat penyakit kista ovarium. Dari angka tersebut, 90- 95% disebabkan oleh kanker ovarium epitel. Kanker ovarium saat ini berada pada peringkat kelima kanker yang menjadi penyebab kematian pada wanita (Prayitno S, 2014 hal 95).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 37,2%, dan paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20- 50 tahun dan jarang sekali pada masa pubertas. Kista ovarium erat hubungannya dengan wanita yang tingkat kesuburannya rendah atau infertilitas (Taufiqoh S, 2012).
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dari bulan Januari sampai Desember 2010 yaitu umur 15 – 24 sebanyak 146 orang penderita penyakit ginekologi dan 31 penderita kista ovarium (21,2%), umur 25 – 44 tahun sebanyak 124 penderita penyakit ginekologi dan sebanyak 42 penderita kista ovarium (33,8%), umur 45 – 64 tahun penderita ginekologi sebanyak 134 orang sedangkan penderita kista ovarium 19 orang (14,1%) dan umur 65 tahun ke atas tidak ditemukan penderita kista ovarium (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2014 sebanyak 17 penderita kista ovarium yaitu umur 25-44 tahun sebanyak 8 orang, umur 45-64 tahun sebanyak 8 orang, umur >65tahun sebanyak 1 orang, pada tahun 2015 sebanyak 19 penderita kista ovarium yaitu umur 25-44 tahun sebanyak 10 orang, umur 45-64 sebanyak 8 orang,dan pada bulan Januari sampai bulan Juni 2016 sebanyak 15 penderita kista ovarium yaitu umur 25-44 tahun sebanyak 8 orang, umur 45-64 sebanyak 7 orang. Dari data tersebut maka didapatkan jumlah penderita kista ovarium terbanyak pada umur 25-44 tahun.