ABSTRAK
Pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia sekarang ini memprioritaskan pada sektor industri, baik industri besar, industri menengah maupun industri kecil. Keberadaan industri kecil yang tersebar di masyarakat Indonesia telah memberikan andil yang besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Mengacu pada program diversifikasi pangan sebagai salah satu usaha meningkatkan taraf hidup dan gizi masyarakat, maka industri kecil yang bergerak dibidang pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman mempunyai peranan yang sangat penting. Salah satu contoh bahan pangan yang dapat mendukung usaha diversifikasi pangan adalah tahu. Makanan ini sudah sedemikian populernya sebagai makanan masyarakat Indonesia karena selain rasanya enak dan gurih juga mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk memperbaiki gizi masyarakat.
Melihat begitu besarnya peranan tahu sebagai makanan yang menyehatkan dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk memperbaiki gizi masyarakat, maka diperlukan usaha pengembangan industri tersebut. Usaha tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah sehingga industri tersebut makin bermanfaat, tidak hanya berguna bagi konsumen tetapi juga memberikan keuntungan bagi para pengusaha tahu. Begitu halnya dengan industri tahu di Kabupaten Sragen yang sangat bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Sragen. Permintaan terhadap tahu di Kabupaten Sragen cukup tinggi, karena rata- rata masyarakat Sragen menyukai tahu sebagai lauk pauk sehari-hari. Selain itu banyak pasar-pasar tradisional yang mampu menyerap hasil produksi dan didukung dengan besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Sragen yang mencapai
70.118 jiwa. Besarnya permintaan tersebut ternyata tidak menyebabkan industri tahu di Kabupaten Sragen berkembang pesat. Industri tahu di Kabupaten Sragen belum mampu memenuhi kebutuhan konsumennya. Hal ini bisa dilihat dari beberapa pasar tradisional yang masih terdapat pasokan dari daerah lain misalnya dari Solo dan Boyolali. Hal ini menunjukkan adanya kekurangan pasokan dari daerah Sragen sendiri. Kurangnya pasokan dan tidak berkembangnya industri tahu di Kabupaten Sragen tersebut menimbulkan pertanyaan apakah memang skala usaha yang sekarang sudah yang paling efisien atau ada faktor lain yang menghambat, sehingga perlu dikaji mengenai bagaimana skala usaha (return to scale) pada industri tahu tersebut, apakah berada pada decreasing return to scale, constant return to scale, atau increasing return to scale, serta bagaimana efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi tahu di Desa Sragen Wetan. Selain itu juga untuk menganalisa tingkat skala usaha (return to scale) produksi industri tahu di Desa Sragen Wetan, serta untuk menganalisa tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi industri tahu di Desa Sragen Wetan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus dengan pemilihan daerah dilakukan secara sengaja di Desa Sragen Wetan, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada pengusaha tahu dan mengadakan pengamatan langsung pada kegiatan produksi tahu di lokasi penelitian serta data sekunder dari instansi terkait.
Hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah kedelai dan tenaga kerja. Faktor produksi solar dan sekam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Skala usaha produksi tahu di Desa Sragen Wetan berada pada tahap kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale) dengan elastisitas produksi sebesar 0,801. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan faktor- faktor produksi secara bersama-sama sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0,801 persen. Tingkat penggunaan faktor-faktor produksi industri tahu di Desa Sragen Wetan belum efisien. Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada industri tahu di Desa Sragen Wetan dapat dicapai apabila penggunaan kedelai ditambah dari 3806,76 kg menjadi 4080,92 kg atau sekitar 7 persen. Penggunaan tenaga kerja ditingkatkan dari 487,29 jam menjadi 583,47 jam atau sekitar 20 persen.