ABSTRAK
Beras merupakan komoditi terpenting di Indonesia dan berlaku sebagai makanan pokok (staple food) bagi lebih dari 95 persen penduduk. Tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia. Data Susenas (2006) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita mayarakat Indonesia sebesar 139,15 kilogram per tahun. Beras juga menjadi industri yang strategis bagi perekonomian nasional dengan sumbangan industri beras terhadap GDP pertanian mencapai 28,8 persen, dengan menyerap tenaga kerja sebesar 28,79 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian atau setara dengan 12,05 juta jiwa.
Selain Bulog, pengusahaan penggilingan padi juga memiliki tanggungjawab dalam upaya penyediaan beras. Balitbang Deptan (2006) menyatakan bahwa jumlah penggilingan di Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 110.611 unit, 70 persen diantaranya adalah penggilingan berskala kecil (rice milling unit), sisanya adalah penggilingan berskala sedang dan besar. Penggilingan memiliki peranan penting antara lain (1) sebagai penyedia kebutuhan pangan masarakat, (2) menjadi titik sentral dari suatu kawasan industri produksi padi, karena mampu berfungsi sebagai titik pertemuan antara perubahan bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas beras, (4) tingkat harga dan pendapatan yang diperoleh petani serta tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen, (5) mampu membuka lapangan pekerjaan di daerah perdesaan.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan karakteristik pengusahaan penggilingan padi, (2) menghitung tingkat pendapatan penggilingan padi, (3) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan antara pengusahaan penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah, dan (4) menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2008, dengan menggunakan data primer yang bersumber dari wawancara terstruktur berpedoman pada kuesioner dengan pengusaha penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Penarikan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling yang membagi penggilingan ke dalam dua kelompok, yaitu penggilingan padi besar dan kecil. Penggilingan padi besar adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi beras sama dengan atau lebih dari 20 ton per hari, sedangkan penggilingan kecil memiliki kapasitas produksi beras kurang dari 20 ton per hari. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat aktivitas produksi penggilingan padi, karakteristik pengusahaan penggilingan padi dan hal-hal terkait lain. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menghitung tingkat pendapatan, faktor-faktor pembeda pendapatan, dan analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Ms. Excel, Minitab 14, dan SPSS 13.
Penggilingan besar memiliki kapasitas produksi beras yang lebih besar dibandingkan penggilingan padi kecil. Rata-rata penggilingan padi besar memiliki kapasitas produksi beras per hari rata-rata sebesar 29,23 ton, sedangkan penggilingan padi kecil memiliki rata-rata kapasitas produksi 5,9 ton beras per hari. Penggilingan besar memiliki kapasitas lebih besar karena didukung oleh modal yang lebih besar untuk membeli gabah serta ditunjang oleh kapasitas mesin yang digunakan dan luas gudang penyimpanan yang lebih besar. Penggilingan besar sebagian menggunakan mesin dan alat-alat produksi yang mampu mengeliminasi tenaga manusia (mekanisasi), sedangkan penggilingan kecil masih mengandalkan tenaga manusia dalam proses produksinya. Pengalaman usaha pemilik penggilingan padi besar yang lebih lama mampu menentukan keberhasilan usaha dibandingkan dengan pengalaman pengusaha penggilingan padi kecil. Penggilingan padi besar hampir seluruhnya melakukan kemitraan dengan Bulog karena dianggap menguntungkan dan meminjam modal usaha ke bank, sementara penggilingan padi kecil tidak melakukannya.
Pengusahaan penggilingan padi besar memiliki pendapatan atas biaya total sebesar Rp 15.738.069 dengan nilai rasio R/C atas biaya total sebesar 1,117, yang artinya setiap Rp 1.000 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan Rp 1.117 penerimaan. Penggilingan padi kecil memiliki pendapatan atas biaya total sebesar Rp 4.629.912 dengan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,174, artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.174. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengusahaan pengilingan padi kecil lebih efisien daripada penggilingan padi besar. Rasio R/C yang lebih tinggi dari satu menunjukkan bahwa pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang telah menguntungkan. Analisis diskriminan mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh nyata dalam membedakan penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah antara lain kapasitas produksi penggilingan, modal yang dimiliki, kapasitas mesin penggilingan, kemitraan penggilingan dengan Bulog, dan tingkat pendidikan pengusaha penggilingan. Model diskriminan yang dibentuk oleh kelima faktor tersebut mampu menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok penggilingan berpendapatan tinggi dan rendah.
Analisis efisiens penggunaan faktor produksi menghasilkan tiga faktor produksi yang berpengaruh nyata dan positif terhadap jumlah beras yang dihasilkan pengusahaan penggilingan padi, yaitu jumlah GKP, jumlah Solar, dan modal usaha. Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang dianalisis dalam efisiensi penggunaan faktor produksi adalah faktor produksi yang bersifat fisik dan dapat dinilai dengan satuan rupiah yaitu jumlah GKP dan jumlah solar. Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pengusahaan penggilingan padi menunjukkan kondisi belum efisien. Jumlah GKP perlu dikurangi sedangkan jumlah solar perlu ditambah untuk mencapai kondisi optimal. Kombinasi optimal jumlah GKP adalah 21,33 ton sedangkan jumlah solar optimal adalah 2.463,15 liter. Kombinasi optimal solar yang perlu ditambah kurang sesuai dengan pengurangan jumlah GKP dan peningkatan harga solar dewasa ini. Skala produksi penggilingan padi berada pada skala kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale).