BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri kota modern ditandai dengan tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi warganya. Pada hakekatnya ada dua faktor utama yang bekerja sebagai faktor percepat pertumbuhan dan perkembangan suatu kota yaitu aspek penduduk dan aspek kegiatan sosial ekonominya (Herman,2003).
Sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang disertai dengan meningkatnya perekonomian, maka tingkat mobilitas baik orang maupun barang akan meningkat pula. Keadaan ini harus diimbangi dengan penyediaan sarana transportasi yang memadai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertambahan penduduk akan berdampak langsung terhadap kebutuhan sarana dan prasarana transportasi.
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang penting dan strategi dalam pembangunan. Dalam fungsinya sebagai promoting sector dan servicing sector, transportasi telah memegang peranan yang besar sebagai urat nadi perekonomian. Pembangunan sektor ini di maksudkan untuk menggerakkan berbagai potensi wilayah, meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat, serta meningkatkan produktivitas kawasan perkotaan. Tingkat pertumbuhan pergerakan yang sangat tinggi yang tidak mungkin di hambat, sementara sarana dan prasarana transportasi sangat terbatas, mengakibatkan aksebilitas dan mobilitas menjadi terganggu. Tetapi berapa pun besarnya biaya yang dikeluarkan, kemacetan tetap tidak bisa dihindari, ini disebabkan perkembangan penyediaan fasilitas transportasi sangat rendah sehingga tidak bisa mengikutinya.
Menurut Deddy Arief (2009) kemacetan lalu lintas yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh tiga hal, pertama, adanya ketidakseimbangan antara perkembangaan jumlah kendaraan dengan perkembangan sarana jalan. Kedua, kurangnya kesadaran pemakai jalan dalam menggunakan jalan, atau pemakai jalan sering tidak menaati peraturaan atau rambu - rambu lalu lintas yang berlaku. Ketiga, pusat-pusat daerah yang rawan kemacetan lalu lintas umumnya daerah yang mempunyai intensitas yang tinggi atau terkonsentrasinya pusat-pusat kegiatan di suatu tempat.
Kota Makassar dengan luas wilayah ± 175,77 Km2 (BPS 2010) yang merupakan pusat dari berbagai kegiatan di Kawasan Indonesia Timur diantaranya kegiatan bisnis, ekonomi, dan pemerintahan, dan lain-lain sebagainya, yang tersebar di 14 Kecamatan yang ada di Kota Makassar, hal ini menandakan adanya kemajuan yang pesat dalam pembangunan, maka dampak langsung dari peningkatan tersebut adalah mendorong potensi pergerakan yang lebih dinamis, sehingga dengan adanya penggunaan lahan yang mempunyai kegiatan maka ikut mempengaruhi volume kendaraan yang ada di ruas jalan tersebut. Namun terkadang meningkatnya volume kendaraan tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas ruas jalan sehingga dampak langsung dari peningkatan tersebut adalah terjadinya kemacetan, kesemrautan dan bahkan kecelakaan lalu lintas. Fenomena ini dapat dilihat dari beberapa ruas jalan di Kota Makassar terutama pada jam-jam sibuk antara pukul 08.00-17.00 WITA.
Salah satu kawasan yang selama ini dianggap rawan kemacetan lalu lintas adalah Koridor Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tamalanrea. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Kecamatan Tamalanrea termasuk dalam kawasan pendidikan terpadu sehingga aktivitas setiap hari di ruas jalan tersebut meningkat, ditambah lagi banyak aktivitas ekonomi seperti Mall dan pusat perbelanjaan lainnya, sehingga image kawasan yang multi fungsi menyebabkan kepadatan aktivitas sosial dan ekonomi yang semakin tinggi.