ABSTRAK
Aktivitas penambangan bawah tanah tidak terlepas dari proses pembongkaran terutama pada batuan yang tidak bisa digali bebas, peledakan mutlak diperlukan. Hasil-hasil peledakan dapat berupa gas-gas beracun, sehingga pada tambang bawah tanah ataupun pekerjaan di dalam ruang tertutup, gas racun ini merupakan faktor yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, pada kegiatan peledakan tambang bawah tanah, penerapan ventilasi yang baik merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Tujuan utama ventilasi tambang adalah memberikan udara segar ke dalam tambang untuk keperluan pernapasan pekerja dan proses-proses yang terjadi di dalam tambang serta mengatur peredaran udara agar melarutkan gas-gas berbahaya dan atau beracun, mengurangi jumlah debu dalam aliran udara, dan mengurangi panas sehingga tercapai keadaan lingkungan kerja yang nyaman.
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran pada 2 kotak uji yang merepresentasikan stope tambang. Penelitian ini bertujuan menganalisis smoke clearing terutama pada bagian stope. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai laju penurunan konsentrasi gas hasil peledakan terhadap waktu sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan terutama masalah kesehatan dan keselamatan pekerja. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode gas tracer, yaitu suatu metode yang menginjeksikan sejumlah gas dengan konsentrasi tertentu ke dalam miniatur stope tambang. Perubahan konsentrasi terhadap waktu akan diukur oleh gas detector. Alat ini akan ditempatkan pada jalur udara keluar, dan gas yang terperangkap oleh alat ini selanjutnya akan dihitung konsentrasinya dalam selang waktu tertentu. Hasil dari pengukuran ini akan menghasilkan kurva konsentrasi terhadap waktu.
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran pada 2 dimensi kotak uji yang berbeda (V A=0.11m3 dan V B=7.8m3 ) sehingga dapat diketahui hubungan antara dimensi dengan laju pergantian udara. Penelitian ini juga dilakukan pada 3 kondisi yang berbeda yaitu pada kondisi pertama dimana fan exhaust dan intake dinyalakan, kondisi ke-2 dimana hanya fan exhaust yang dinyalakan dan kondisi 3 hanya fan intake yang dinyalakan.
Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil percobaan yang menunjukkan pada kondisi 1 baik di kotak uji A maupun kotak uji B dihasilkan laju pergantian udara yang lebih besar dibanding kondisi lainnya yaitu laju pergantian udara pada kotak uji A berkisar 1,2-1,41 /menit dan pada kotak uji B berkisar 0,96-1,02 /menit. Dari hasil matching curve didapatkan koefisien dispersi untuk masing-masing kotak uji pada kondisi 1 adalah pada kotak uji A berkisar 45-57m2/menit dan kotak uji B berkisar 18.6-25 m2/menit. Hasil pengujian juga menunjukkan distribusi udara dalam kotak uji tidak merata sehingga terdapat daerah-daerah (daerah sekitar titik a) yang kurang mendapat udara segar dari fan intake dengan umur udara di titik a sebesar 133 s. Pada penelitian ini diperoleh kurva penurunan konsentrasi yang sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh de Souza (1993) yang dilakukan di stope tambang. Selain itu pada penelitian ini didapatkan bahwa koefisien difusi yang digunakan pada persamaan de Souza (1993) merupakan fungsi dari konfigurasi fan dan penempatan duct.