BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut manusia untuk belajar dan terus belajar. Karena tanpa adanya proses belajar kita akan mengalami ketertinggalan. Agar kita tidak mengalami ketertinggalan maka kita harus ikut dalam persaingan. Hal itu juga berlaku dalam dunia pendidikan ditunjang dengan adanya penemuan-penemuan dalam teknologi dan tidak menutup kemungkinan dalam pembelajaran di sekolah khususnya mata pelajaran matematika. Matematika memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan teknologi itu sendiri karena matematika adalah dasar untuk memudahkan belajar bidang studi lain. Dengan kata lain, orang yang mahir matematika akan mudah mempelajari pelajaran lain karena matematika dapat membantu dalam penataan nalar dan membentuk sikap yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kreatif dalam diri siswa.
Salama ini proses pembelajaran matematika di sekolah lebih mengutamakan pada tercapainya target kurikulum, tetapi kurang memperhatikan pengembangan kemampuan belajar siswa. Kondisi pembelajaran seperti ini dialami oleh sekolah-sekolah, termasuk di SMP Tutwuri Handayani Makassar. Dari hasil tes siswa kelas VIII.a yang diberikan oleh guru matematika, skor rata-rata siswa berada dalam kategori rendah yaitu 52,7 sedangkan KKM yang ditetapkan disekolah adalah 75. Hal ini disebabkan karena siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit,siswa beralasan terlalu banyak rumus-rumus yang harus dihafal dan kebanyakan materi tidak berkaitan dengan keseharian mereka.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SMP Tutwuri Handayani Makassar terutama dikelas VIIIa, antara lain: 1) kebanyakan siswa berasal dari keluarga broken Home, 2) tidak sedikit diantara mereka yang mencari pekerjaan sampingan setelah pulang sekolah, 3) adanya faktor lingkungan yang bebas karena berada ditengah perkotaan. Kenyataan tersebut menyebabkan hasil belajar matematika siswa menjadi rendah.
Dalam proses pembelajaran yang diinginkan adalah pola pembelajaran yang dapat membuat matematika terasa mudah dan menyenangkan. Pembelajaran matematika hendaknya dikaitkan seoptimal mungkin dengan kehidupan sehari- hari dan alam pikiran siswa, sehingga bermakna dalam kehidupan siswa dan tidak terlalu abstrak.
Pendidikan matematika realistik ini adalah teori pembelajaran yang menetapkan agar pembelajaran bertitik tolak dari hal-hal yang nyata bagi siswa yang menekankan keterampilan berdiskusi, berargumentasi dengan teman sekelas, sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.