ABSTRAK
Skripsi ini muncul karena latar belakang kontroversi pendapat di kalangan para ahli Perjanjian Baru yang mengungkap sisi baik dan buruk dari Yudas Iskariot, persoalan penafsiran, kekeliruan penerjemahan, kemunculan Injil Yudas, teks Yohanes yang secara eksplisit mengungkap Yudas mengkhianati Yesus, keunikan narasi Yohanes, serta kemiripan narasi Yohanes dengan dongeng dibanding fakta sejarah. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin meneliti ulang terhadap makna narasi pengkhianatan Yudas Iskariot yang terdapat dalam Injil Yohanes 13: 1-35 dengan pendekatan hermeneutik berdasarkan pada perspektif sosio-politik.
Di dalam konteks sosio-politik Injil Yohanes makna narasi pengkhianatan Yudas Iskariot adalah pertama, merupakan pernyataan bahwa Yesus adalah Dia yang menggenapi Perjanjian Lama. Kedua, merupakan pengakuan bahwa Yesus adalah Roh yang dikaruniakan melalui penyaliban politik. Ketiga, merupakan pernyataan bahwa Yesus mati sebagai martir pertama. Keempat, merupakan pernyataan bahwa Yesus adalah Anak Manusia yang mewariskan pola hukum baru bagi umat Allah yang baru. Melalui empat makna tersebut penginjil ingin menegaskan bahwa Yesus adalah sakramen keselamatan dari sejarah dunia melalui narasi pengkhianatan. Penegasan tersebut diperlukan untuk memperjuangkan identitas demi eksistensi komunitas Kristen pembaca Injil Yohanes ditengah konteks yang mereka alami.
Hasil dari penelitian ini membuka kemungkinan pada konteks ke-Indonesiaan yang mengalami persoalan pada pemahaman terhadap narasi pengkhianatan Yudas dalam Injil Yohanes serta pergumulan akan identitas dan eksistensi sebagai komunitas Kristen di tengah krisis global yang melanda.
Kata kunci: Yudas Iskariot, Pengkhianatan, Hermeneutik Sosio-Politik, Konteks Sosio-Politik Injil Yohanes, Aku adalah Dia, Yesus adalah Roh, Martir Pertama, Anak Manusia, Persoalan Pemahaman, Identitas dan Eksistensi
File Selengkapnya.....