ABSTRAK
Tulisan ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa peranan pastoral Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Getsemani Asam Tiga terhadap pengungsi Timor Leste yang mengalami trauma pasca referendum 1999. GMIT Getsemani Asam Tiga merupakan salah satu jemaat yang memiliki kuantitas warga “pengungsi” dari Timor Leste yang cukup tinggi. Para “pengungsi” dari Timor Leste pasca referendum mengalami gangguan psikologis dan trauma karena mengalami depresi penolakan, rasa bersalah, dan kegelisahan. Dalam upaya mencapai tujuan penulisan ini maka metode penelitian yang dipakai ialah metode deskriptif kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi langsung. Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini yaitu GMIT Asam Tiga yang terdiri dari pelayan maupun para jemaat yang notabene adalah “pengungsi” dari Timor Leste dan beberapa orang yang tinggal di pos-pos pengungsi di Naibonat Kupang Nusa Tenggara Timur. Keadaan yang dialami para “pengungsi” pasca konflik di Timor Leste menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak, salah satunya oleh gereja sebagai lembaga keagamaan. Jemaat GMIT Getsemani Asam Tiga melihat adanya suatu kebutuhan yang perlu dilakukan bagi jemaat “pengungsi” yaitu melalui perkunjungan pastoral. Peran pastoral dapat menolong para “pengungsi” yang secara psikis mengalami traumatik bahkan melalui berbagai pelayanan seperti memberikan sembako (diakonia), serta menunjukan rasa penerimaan terhadap orang-orang Timor Leste.
Kata Kunci: Peran Pastoral Gereja, Trauma, Timor Leste
File Selengkapnya.....