ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) jejak atau bukti yang ditemukan di bidang kebudayaan yang berbau kolonial di masyarakat Madura dalam cerpen Indonesia, dan (2) identitas budaya Madura dalam Cerpen Indonesia. Subjek penelitian ini adalah cerpen “Arek Lancor” karya Muna Masyari, “Eppak” karya Mahwi Air Tawar, “Carok” karya Fandrik Ahmad, dan “Air Mata Raona” karya Budi Maryono. Selanjutnya keempat cerpen di atas akan disebut dengan Cerpen Indonesia. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan artefak berupa jejak atau bukti di bidang kebudayaan yang berbau kolonial di masyarakat Madura dalam Cerpen Indonesia dan identitas budaya Madura dalam Cerpen Indonesia dengan menggunakan analisis pascakolonial Edward W. Said. Data dianalisis dengan teknik analisis deksriptif kualitatif. Keabsahan data diperoleh melalui uji validitas dan reliabilitas. Data dianalisis dengan deskripsi, kategorisasi, inferensi, dan penyajian data.
Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, jejak kebudayaan kolonial di masyarakat Madura dalam Cerpen Indonesia yang terbagi menjadi dua aspek, yaitu: (1) celurit sebagai jejak kebudayaan kolonial, memiliki pengaruh dengan meneguhkan identitas budaya, simbol keagungan dengan menunjukkan sifat kekerasan epistemologi “Barat” terhadap “Timur” dengan menunjukkan bias dan kekuasaan; (2) lincak sebagai jejak kebudayaan, tempat tidur masyarakat Madura. Kedua, identitas budaya Madura dalam Cerpen Indonesia yang terbagi menjadi tiga aspek tinjauan yang dikemukakan oleh Edward W. Said melalui kajian orientalisme, yaitu (1) politik dengan temuan praktik-praktik kebudayaan antara lain: (a) harga diri laki-laki yang dibela, harga diri dijunjung setinggi-tingginya dengan alasan martabat (harta dan keluarga) dan (b) emansipasi terhadap perempuan, dengan cara melakukan carok karena keluarga, istri, diganggu oleh laki-laki lain (selingkuh); (2) ideologi dengan temuan dari teks-teks orientalis yang memiliki tendensi antara lain: (a) membela ketertindasan, ketika martabat dipandang telah dihina oleh orang lain, harga diri harus dibela dengan melakukan carok; (3) perspektif yang dibangun oleh para tokoh, melakukan cara-cara kekerasan (carok) dipandang telah mendapat titah oleh Tuhan yakni antara lain: (a) spirit religiusitas, sebuah usaha ritual untuk mendekati Tuhan dan mendapatkan restu berupa keberuntungan ketika menghadapi lawan.
Kata kunci: Madura, Identitas Budaya, Pascakolonial.
File Selengkapnya.....