ABSTRAK
Dengan sejarahnya yang panjang Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjadi salah satu ikon universitas Islam di Indonesia. ini di tandai dengan modernisasi pendidikan yang begitu intens dilakukan oleh para pimpinan UIN Syahid dengan cara mengintegrasikan ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama, dengan tujuan lebih mengembangkan Islam secara sosiologis daripada sekedar kental warna normatifnya. Efek dari modernisasi ini, dengan cara salah satunya pengintegrasian berbagai disiplin keilmuan, membuat khususnya UIN Syahid Jakarta kemudian di kenal sebagai kampusnya “para pembaharu”.
Akan tetapi, hal ini seakan kontras, dengan ditemukannya beberapa beberapa mahasiswa dan alumni UIN Syahid Jakarta dalam kasus terorisme di Indonesia belakangan ini. Seperti tertangkapnya Afham Ramadhan, Soni Jayadi, dan alumni UIN Syahid Jakarta Fajar Firdaus, ketiganya terbukti menyembunyikan pelaku tindak pidana terorisme Muhammad Sahrir dan Saefuddin Zuhri di kamar kosan-nya di Jl Semanggi II, Ciputat, pada akhir tahun 2009 dan masing-masing dijatuhi vonis empat tahun enam bulan kurungan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Kecenderungan di kampus Islam UIN Syahid Jakarta yang lebih mengedepankan Islam yang modern, rasional dan kompatibel seolah linear dengan yang terjadi di perguruan tinggi umum seperti di Universitas Sriwijaya Palembang, yang menurut Kasinyo Harto yang dalam kesimpulan penelitiannya ternyata corak pemikiran keagamaannya cenderung fundamnetalis/radikalis.
Masalah inilah yang kemudian menggerakkan penulis untuk mengetahui kecenderungan pemikiran keagamaan mahasiswa UIN Syahid Jakarta, apakah mahasiswa UIN Syahid Jakarta pemikiran keagamaannya modernis atau lebih bersifat fundamentalis. Kajian pustaka pemikiran keagamaan modernisme dan fundamentalisme Islam menggunakan kajian modernisme dan fundamentalisme dalam buku Yusril Ihza Mahendra “Modernisme Dan Fundamentalisme Dalam Politik Islam”. Untuk memecahkan masalah ini, penulis menggunakan pendekatan studi kasus, dengan metode kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif. Pendekatan studi kasus digunakan untuk menjelaskan perbedaan pemikiran keagamaan modernisme dan fundamentalisme dalam masalah ijtihad, preseden tradisi zaman awal Islam, ijma, pluralisme dan hikmah. Selanjutnya metode kualitatif untuk menghasilkan data, berupa kata-kata dari informan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, dan studi kepustakaan. Wawancara dilakukan dengan informan sebanyak delapan orang mahasiswa UIN Syahid Jakarta yang tersebar di 11 fakultas.