ABSTRAK
Anak down syndrome memiliki ciri – ciri salah satunya adalah memiliki otot yang lemah, jari tangan pendek dan kaki yang pendek. Dengan ciri tersebut tentunya anak mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas baik motorik kasar maupun motorik halus. Salah satu metode terapi yang membantu pemulihan motorik adalah terapi okupasi. Rumusan masalah pada penelitian ini: (1) Bagaimana penerapan terapi okupasi untuk anak berkebutuhan khusus (down syndrome) di BP-DIKSUS Semarang. (2) Apa sarana dan prasarana yang diperlukan saat terapi okupasi untuk anak berkebutuhan khusus (down syndrome). (3) Bagaimana bentuk evaluasi terapi okupasi untuk anak berkebutuhan khusus (down syndrome). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan terapi okupasi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan bentuk evaluasi terapi okupasi pada anak down syndrome di Balai Pengembangan Pendidikan Khusus Semarang.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif bentuk studi kasus yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Proses pengumpulan data dilakukan melalui: observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan terapi okupasi di Balai Pengembangan Pendidikan Khusus Semarang yaitu Proses terapi (pembukaan salam dan doa, kegiatan dampingan, kegiatan inti), kegiatan inti disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, ada reward dan punishment, sebelum anak diterapi okupasi, perilaku anak diterapi terlebih dahulu, terapi okupasi yang diberikan lebih ke pra akademik, pra motorik dan kemandirian. Sarana dan prasarana yaitu adanya CCTV, peralatan motorik kasar lengkap di sensory integritas, alat motorik kasar (mandi bola, prosotan, tangga), alat motorik halus (puzzle, roncean, alat jahit, balok warna), fasilitas yang di dapatanak (bukupenghubung, rapor, kartuabsensi), tempat terapi belum sesuai standar yang ada. Adapun bentuk evaluasi di Balai Pengembangan Pendidikan Khusus Semarang yaitu evaluasi masih sederhana, kendala jadwal terapi 1 kali dalam seminggu, bentuk evaluasi berupa rapor dan buku penghubung, home program.
Berdasarkan simpulan tersebut disarankan: (1) terapis untuk meningkatkan penerapan dan evaluasi sesuai standar yang ada serta penambahan media penunjang terapi. (2) orangtua untuk lebih konsisten memberangkatkan anak dan menambah wawasan tentang terapi okupasi.
Kata Kunci :Terapi okupasi, anak usia 5 – 6tahun, down syndrome
File Selengkapnya.....