ABSTRAK
Peta Gempa Indonesia tahun 2010 telah diperbaharui menjadi Peta Gempa 2017. Pembaharuan ini dapat menyebabkan perubahan status kegempaan pada beberapa kota di Indonesia. Penelitian ini mengkomparasikan parameter respon spektra akibat beban gempa sesuai Peta Gempa 2010 dan 2017 untuk memeriksa perubahan status kegempaan pada 34 kota di Indonesia. Perubahan tersebut bisa berupa peningkatan atau penurunan parameter respon spektra yang mengindikasikan perubahan status kegempaan. Kota-kota tersebut adalah Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, Tanjung Pinang, Kuala Tungkal, Palembang, Pangkal Pinang, Bengkulu, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Serang, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram, Kupang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Tanjung Selor, Manado, Mamuju, Palu, Kendari, Makassar, Gorontalo, Ambon, Sofifi, Manokrawi, Jayapura. Setelah dilakukan studi komparasi parameter respon spektra, ditemukan 15 kota mengalami peningkatan, 16 kota mengalami penurunan dan 3 kota lainnya tetap. Beberapa kota yang mengalami peningkatan adalah Kota Bandar Lampung, Banjarmasin, Bengkulu, Gorontalo, Jayapura, Manokrawi, Medan, Palembang, Palu, Pangkal Pinang, Pontianak, Serang, Surabaya, Tanjung Selor, dan Yogyakarta. Kota-kota yang mengalami peningkatan tersebut perlu dilakukan kajian kinerja struktur terbangun dan pemeriksaan lebih lanjut, terutama untuk daerah Pontianak yang mengalami peningkatan tertinggi.
Kata-kata kunci: peta gempa 2010, peta gempa 2017, respon spektra, Sos, Sm, status kegempaan